Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Umur 24 Tahun, Mahasiswa Ini Sudah Raih Gelar Doktor

Kompas.com - 28/09/2021, 13:09 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus menelurkan generasi muda yang berkompetensi.

Kali ini ada Diva Kurnianingtyas, mahasiswa dari Departemen Teknik Sistem dan Industri yang menyandang predikat doktor (S3) termuda dalam prosesi wisuda ke-124 ITS yang akan digelar pada 10 Oktober 2021.

Baca juga: 8 Perguruan Tinggi Terbaik Indonesia Versi QS Graduate Employability Rankings 2022

Dia berhasil meraih gelar doktor pada usia 24 tahun 9 bulan.

Membahas riwayat pendidikannya, Diva sebelumnya menempuh S1 Teknik Informatika di Universitas Brawijaya dengan lama studi 3,5 tahun.

Setelah tiga bulan bekerja di bidang Data Engineering, dia mengambil beasiswa program Pendidikan Magister menuju doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) di ITS Jurusan Teknik Sistem dan Industri.

"Saya di ITS menempuh studi S2 selama setahun dan studi S3 selama tiga tahun," ucap dia melansir laman ITS, Selasa (28/9/2021).

Saat ditanya mengenai motivasi melanjutkan pendidikan hingga doktor, dia mengaku ingin membahagiakan dan membanggakan ibunya.

"Sejujurnya, saya tidak pernah berekspektasi kuliah lanjut di usia muda. Tetapi, karena keinginan serta doa beliau (ibunya), saya bisa mencapai titik ini," ujar wanita kelahiran tahun 1996.

Raih gelar doktor penuh tantangan

Menjadi mahasiswa termuda dibandingkan teman-teman kuliahnya, Diva mengaku banyak tantangan yang dirasakan.

Baca juga: Ikuti Program Gelar Ganda, Cara Mahasiswa ITS Siap Masuki Dunia Kerja

Hal pertama, dia harus belajar secara cepat agar bisa menyelesaikan studi tepat waktu.

Kedua, waktu studi di usia muda menjadi tantangan tersendiri bagi mentalnya.

Khususnya belajar bagaimana mengontrol emosi serta menerima keadaan yang tidak selalu sesuai dengan ekspektasi.

"Yang terpenting adalah belajar sabar. Studi S3 tidak seperti studi S1 dan S2 yang terus belajar ilmu pengetahuan, melainkan belajar ilmu kehidupan yang tidak pernah diperoleh sebelumnya," sebut putri tunggal dari Ibu Iffah Nur Rahmiyati.

Selama kuliah, gadis asal Kota Malang ini banyak mengembangkan diri dalam proyek dan penelitian.

Dia juga beberapa kali mempresentasikan penelitiannya dalam konferensi internasional hingga publikasi jurnal terindeks Scopus.

"Sejauh ini, bidang yang saya tekuni adalah Perencanaan dan Manajemen Kesehatan, Pemodelan Simulasi, Data Mining, Pemrograman, serta Optimasi," terang dia.

Di akhir masa studinya, Diva mengangkat topik mengenai perancangan, pengembangan, dan perencanaan sistem asuransi kesehatan nasional dalam disertasinya.

Baca juga: Kisah Unik Mahasiswa Unair Ambil Gelar Ganda demi Sukses Berkarier

Tujuannya adalah untuk memperoleh strategi alternatif mekanisme rujukan kesehatan agar anggaran keuangan stabil, premi terjangkau, dan kualitas program meningkat.

Temuan dalam penelitian disertasinya ini adalah faktor krusial yang menyebabkan defisit keuangan terjadi karena kepatuhan peserta dalam membayar premi setiap bulan dan inefektif sistem rujukan.

Meskipun banyaknya peserta yang menunggak pembayaran, mengubah rujukan atau penetapan premi peserta menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan.

"Hal ini karena dapat mengurangi terjadinya anggaran keuangan yang mengalami defisit," ucap Diva yang berkinginan menjadi dosen.

Ke depannya, Diva ingin fokus pada peningkatan pengetahuan dan kemampuannya dalam mengoptimasi sistem sektor kesehatan sebagai bentuk implementasi dua keilmuannya, yaitu Teknik Informatika serta Teknik Sistem dan Industri.

"Pastinya, saya ingin ilmu yang saya terima bisa bermanfaat bagi diri saya dan orang lain," jelas dia.

Terakhir, Diva menyampaikan terima kasih kepada ITS dan pihak-pihak di dalamnya yang telah memberikan kesempatannya belajar dan memperoleh banyak pengalaman.

Tidak lupa, Diva juga berpesan untuk mahasiswa ITS, khususnya yang sedang studi S3.

Baca juga: Lulusan Undip Paling Cepat Dapat Pekerjaan

"Sering kali kita melupakan bahwa setiap orang memiliki ujian dan jalan hidup yang berbeda. Kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, apalagi sampai menghakiminya. Tetap semangat untuk menyelesaikannya," tutur dia sambil memberi semangat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com