Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpusnas Indonesia, Jepang dan Australia Lakukan Terobosan Ini di Masa Pandemi

Kompas.com - 08/09/2021, 20:43 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Tiga perpustakaan nasional yaitu Australia, Indonesia, dan Jepang melakukan pertemuan membahas upaya dilakukan perpustakaan nasional di tiap negara menghadapi pandemi Covid-19.

Diskusi kepala perpustakaan nasional dari tiga negara tersebut diselenggarakan sehari sebelum pelaksanaan Konferensi Kepala Perpustakaan Nasional Dunia (Conference of Directors of National Libraries/CDNL).

Dalam diskusi prakonferensi yang diselenggarakan secara virtual tersebut, dibahas upaya yang dilakukan perpustakaan nasional di tiap negara selama pandemi, tantangan yang dihadapi, kekuatan, dan perjuangan menghadapi pandemi.

Perpusnas Indonesia

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menyatakan perpustakaan memberikan layanan kepada publik di tengah pandemi Covid-19 melalui perpustakaan digital.

“Di era pandemi ini, strategi yang kita hadapi, sama dengan Jepang untuk memperbanyak akses ke pelayanan digital. Perpustakaan Nasional saat ini sudah memiliki Indonesia OneSearch (IOS), Khastara, dan iPusnas,” ungkap Syarif Bando pada Selasa (7/9/2021).

Selain itu, sebagai respons terhadap pandemi Covid-19, Perpusnas membuat Coronapedia yang dapat diakses melalui aplikasi perpustakaan digital, iPusnas.

Di dalam Coronapedia, masyarakat bisa menemukan informasi tentang Covid-19 yang diharapkan bisa menambah pengetahuan masyarakat.

“Perpusnas bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk penyediaan informasi tentang Covid-19 di Coronapedia. Indonesia adalah negara yang dikenal dengan tanaman herbal yang paling lengkap di dunia sehingga beruntung rasanya, bisa memberikan informasi tentang tanaman herbal yang mungkin bisa menambah imun masyarakat,” jelasnya.

Baca juga: Kemenkominfo Ajak Multistakeholder untuk Hadirkan Literasi Digital Inklusif bagi Teman Disabilitas di SEA IGF 2021

Perpusnas Australia

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional Australia Marie Louise Ayres menyatakan situasi pada awal pandemi sebagai tantangan terberat karena ketidakjelasan kebijakan. Saat itu, kebijakan pemerintah federal dan pemerintah daerah berbeda.

Adapun Perpustakaan Nasional Australia berada di bawah pemerintah federal yang mengizinkan perpustakaan tetap buka, sementara pemerintah daerah setempat yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat, meminta perpustakaan ditutup.

Namun, kebingungan tersebut hanya berlangsung tahun lalu karena sekarang kebijakannya sudah jelas.

Marie Louise mengungkapkan selama masa pandemi, layanan perpustakaan tetap berjalan melalui layanan digital.

Perpustakaan Nasional Australia telah menjadi perpustakaan digital yang besar dan menjangkau 30 juta orang melalui layanan daring setiap tahunnya. “Apa yang paling berharga bagi kami adalah, kami sudah menjadi perpustakaan digital yang sangat besar,” ungkapnya.

Keuntungan lainnya yaitu populasi yang sedikit dengan wilayah yang luas. Oleh karena itu, Marie Louise yakin tetap dapat melayani masyarakat walaupun perpustakaan tutup.

Pihaknya memanfaatkan perpustakaan digital yang dimiliki dan meyakinkan pemerintah agar berinvestasi lebih banyak untuk perpustakaan digital.

Dalam hal kesiapan menghadapi bencana atau krisis, Australia memiliki rencana bisnis lanjutan. Berkaca dari dua bencana besar yang dialami Australia, pada tahun lalu, Perpustakaan Nasional Australia menyelesaikan penulisan ulang dokumentasi, rencana, dan kerangka kerja yang memperhitungkan tingkat ketidakpastian tinggi, jika bencana terjadi lebih lama.

Perpustakaan Nasional Australia juga mengembangkan koleksi dengan menghimpun situs web yang dianggap penting terkait Covid-19, termasuk dari wilayah Asia.

Baca juga: Bicara Literasi Digital Buat Perempuan, Dian Sastrowardoyo Memanfaatkannya untuk Jadi Sutradara

Perpusnas Jepang

Kepala Perpustakaan Nasional Jepang (NDL) Motonobu Yoshinaga mengatakan dalam kondisi pandemi, pihaknya fokus untuk menciptakan peluang ketimbang kepada aspek negatif.

Pandemi covid-19 membuatnya semakin yakin untuk mengambil langkah lebih lanjut melakukan pergeseran ke arah digitalisasi perpustakaan nasional, untuk memasuki new normal.

Pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan perpustakaan digital, apalagi setelah mendapat suntikan dana dari pemerintah yang mendukung program selama pandemi. “Jadi, kami membuat komitmen besar untuk menerapkan pengalihan digital NDL.

Hasil dari upaya kami untuk melobi pemerintah, NDL menerima anggaran sekitar enam miliar yen untuk mempromosikan digitalisasi. Dan undang-undang hak cipta direvisi untuk mengakomodir digitalisasi perpustakaan dan layanan daring,” urainya.

Dalam manajemen risiko, menurutnya, penting untuk bersikap proaktif. Sebelum pandemi covid-19, NDL telah mengembangkan rencana bisnis lanjutan sebagai manual tanggap bencana, termasuk gempa bumi dan wabah penyakit menular.

Namun, ketika pandemi covid-19 mulai terjadi, NDL tidak bisa mengikuti manual tersebut sepenuhnya karena ketidakpastian informasi yang beredar dan situasi yang terus berkembang.

“National Diet Library mempersenjatai pustakawan dan tenaga pendukungnya dengan mendalami informasi terkait Covid-19 dengan baik, sehingga masyarakat dapat percaya dengan informasi yang disebarkan,” urainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com