KOMPAS.com - Tiga perpustakaan nasional yaitu Australia, Indonesia, dan Jepang melakukan pertemuan membahas upaya dilakukan perpustakaan nasional di tiap negara menghadapi pandemi Covid-19.
Diskusi kepala perpustakaan nasional dari tiga negara tersebut diselenggarakan sehari sebelum pelaksanaan Konferensi Kepala Perpustakaan Nasional Dunia (Conference of Directors of National Libraries/CDNL).
Dalam diskusi prakonferensi yang diselenggarakan secara virtual tersebut, dibahas upaya yang dilakukan perpustakaan nasional di tiap negara selama pandemi, tantangan yang dihadapi, kekuatan, dan perjuangan menghadapi pandemi.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menyatakan perpustakaan memberikan layanan kepada publik di tengah pandemi Covid-19 melalui perpustakaan digital.
“Di era pandemi ini, strategi yang kita hadapi, sama dengan Jepang untuk memperbanyak akses ke pelayanan digital. Perpustakaan Nasional saat ini sudah memiliki Indonesia OneSearch (IOS), Khastara, dan iPusnas,” ungkap Syarif Bando pada Selasa (7/9/2021).
Selain itu, sebagai respons terhadap pandemi Covid-19, Perpusnas membuat Coronapedia yang dapat diakses melalui aplikasi perpustakaan digital, iPusnas.
Di dalam Coronapedia, masyarakat bisa menemukan informasi tentang Covid-19 yang diharapkan bisa menambah pengetahuan masyarakat.
“Perpusnas bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI untuk penyediaan informasi tentang Covid-19 di Coronapedia. Indonesia adalah negara yang dikenal dengan tanaman herbal yang paling lengkap di dunia sehingga beruntung rasanya, bisa memberikan informasi tentang tanaman herbal yang mungkin bisa menambah imun masyarakat,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional Australia Marie Louise Ayres menyatakan situasi pada awal pandemi sebagai tantangan terberat karena ketidakjelasan kebijakan. Saat itu, kebijakan pemerintah federal dan pemerintah daerah berbeda.
Adapun Perpustakaan Nasional Australia berada di bawah pemerintah federal yang mengizinkan perpustakaan tetap buka, sementara pemerintah daerah setempat yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat, meminta perpustakaan ditutup.
Namun, kebingungan tersebut hanya berlangsung tahun lalu karena sekarang kebijakannya sudah jelas.
Marie Louise mengungkapkan selama masa pandemi, layanan perpustakaan tetap berjalan melalui layanan digital.
Perpustakaan Nasional Australia telah menjadi perpustakaan digital yang besar dan menjangkau 30 juta orang melalui layanan daring setiap tahunnya. “Apa yang paling berharga bagi kami adalah, kami sudah menjadi perpustakaan digital yang sangat besar,” ungkapnya.
Keuntungan lainnya yaitu populasi yang sedikit dengan wilayah yang luas. Oleh karena itu, Marie Louise yakin tetap dapat melayani masyarakat walaupun perpustakaan tutup.
Pihaknya memanfaatkan perpustakaan digital yang dimiliki dan meyakinkan pemerintah agar berinvestasi lebih banyak untuk perpustakaan digital.