Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Erwin Hutapea
ASISTEN EDITOR

Penyelaras Bahasa dan penulis di Kompas.com, pemerhati kebahasaan, dan pengelola media sosial Bicara Bahasa

Kucing, Tikus, dan Ular, Metafora yang Laris Saat Pandemi

Kompas.com - 15/07/2021, 12:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Rabu (14/7/2021) merupakan hari ke-500 pandemi Covid-19 melanda Indonesia, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai cara untuk menangani penyebaran virus corona di Tanah Air.

Sejumlah kendala dialami dalam penanganan itu, termasuk selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), baik mikro maupun darurat.

Tanpa disadari, berbagai peristiwa yang terjadi dalam penanganan pagebluk tersebut memunculkan pemakaian istilah-istilah terkait dengan majas metafora dalam bahasa Indonesia, khususnya yang menggunakan nama hewan.

Hal itu bisa dilihat dari pemberitaan di media massa, mulai dari judul artikel, kalimat narasi, hingga kutipan narasumber. Penggunaannya bisa dilihat antara lain dari berbagai artikel yang tayang di Kompas.com.

Berikut ini contoh yang menggunakan kata “kucing”:

  • Pusat Kuliner di Jagakarsa Layani Makan di Tempat, Satpol PP Akui Ada yang Main Kucing-kucingan
  • Masih Banyak Warga yang Kucing-kucingan, Polisi: Saat Ada Petugas Pakai Masker
  • “Kedai-kedai yang rawan pelanggaran PSBB itu pas weekend. Saat diimbau oleh petugas Satpol PP, mereka buka lagi terima pengunjung. Seperti main kucing-kucingan,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kelurahan Jagakarsa Gortap.
  • "Banyak yang kucing-kucingan. Saat ada petugas pakai, jika tidak ada tidak (pakai)," ujar Kasat Lantas Polres Karawang AKP Rizky Adi Putra.

Baca juga: “Di-Gojek-in Aja”, Praktik Metonimia dalam Keseharian Kita

Selain kucing, metafora dalam pemberitaan juga kerap kali memakai kata “tikus”. Hal itu terlihat menjelang Lebaran tahun ini, ketika pemerintah semakin gencar menerapkan larangan mudik, terutama pada 6-17 Mei 2021.

Larangan yang dikeluarkan demi menjaga keselamatan masyarakat dari risiko penularan Covid-19 itu salah satunya direalisasikan melalui penyekatan di sejumlah titik yang menjadi akses masyarakat untuk masuk keluar dari dan ke suatu wilayah.

Lagi-lagi, majas metafora digunakan dalam pelaksanaan larangan tersebut di lapangan, misalnya dalam kutipan beberapa pejabat pemerintah, sebagai berikut:

  • "Jangan mencari jalan tikus. Carilah jalan yang benar, yaitu tetap berada di rumah sehingga tetap bisa menjaga kesehatan dan keselamatan keluarga," ujar Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Arief Sulistyanto.
  • "Ada 158 titik pendekatan, termasuk jalan-jalan tikus sudah diatur sedemikian rupa oleh tim TNI dan Polri," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Selain kucing dan tikus, “ular” pun tidak jarang dipakai untuk menggambarkan situasi antrean panjang dalam waktu tertentu. Contoh:

  • BTS Meal Dirilis, Antrean Sopir Ojol Mengular di McDonalds Kemang, Tunggu Lebih dari Sejam
  • Antrean Vaksinasi Covid-19 di Cilandak Mengular hingga 200 meter
  • Permintaan Melonjak, Antrean Pengisian Tabung Oksigen Mengular di Sawangan Depok

Baca juga: Setahun Pandemi Corona, Istilah Seputar Covid-19 Pun Tercipta

Jika diperhatikan, ternyata pemakaian majas metafora yang menggunakan nama hewan cukup banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, atau bisa dibilang sebagai kata-kata yang laris dipakai.

Selain kucing-kucingan, jalan tikus, dan mengular, ada pula sejumlah istilah lain, misalnya:

  • Anak sulung itu selalu menjadi kambing hitam atas kesalahan yang dilakukan adiknya.
  • Polisi mencurigai ada praktik prostitusi daring yang melibatkan ayam kampus.
  • Untuk mencukupi perekonomian keluarga, dia terpaksa menjadi kupu-kupu malam.
  • Aparat keamanan mengingatkan masyarakat agar waspada saat melintasi jalan antarkota di daerah hutan karena banyak bajing loncat.
  • Hati-hati dengan bujuk rayu pria itu, dia terkenal sebagai buaya darat.
  • Kelompok usahanya berkembang begitu pesat hingga menggurita di berbagai kota.
  • Sungguh iba melihat anak itu, dia sering jadi kelinci percobaan.
  • Dia sangat hobi membaca novel sampai dijuluki sebagai kutu buku.
  • Dalam Piala Dunia 2002, tim nasional sepak bola Korea Selatan tampil menjadi macan Asia.
  • Perusahaan itu mengalami kerugian besar karena menjadi sapi perah oleh oknum pejabat daerah.

Baca juga: Peluluhan Kata Dasar Berawalan KPST

Pengertian dan ciri-ciri

Dilihat dari pengertiannya, definisi metafora dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Salah satu ahli bahasa yang menjelaskan mengenai metafora yaitu seorang bernama Catherine Kerbrat-Orecchioni. Ia menyebutkan dua jenis metafora yang dilihat dari bentuknya.

Pertama, yaitu metafora in praesetia yang bersifat eksplisit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com