Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Menggunung, Webinar ITB: Rehabilitasi TPA Bisa dengan Cara Ini

Kompas.com - 30/06/2021, 05:37 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Sampai saat ini, sampah masih menjadi permasalahan di Indonesia. Setiap hari, masyarakat menghasilkan sampah.

Tak heran jika di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sudah mulai menggunung sampahnya. Bahkan di Indonesia sudah ke arah yang memprihatinkan.

Beberapa kasus seperti kebakaran TPA di Antang Makassar dan Suwung Bali, air lindi dari TPA yang cemari sungai di Bandung Barat dan Bantargebang.

Baca juga: Akademisi UNS: Ini 3 Alasan Harus Cegah Timbulnya Sampah Makanan

Hingga overload sampah di banyak TPA menunjukkan bahwa TPA sudah banyak mencemari lingkungan ketika tidak dikelola dengan baik.

Isu inilah yang dibahas dalam webinar seri keenam yang diselenggarakan oleh KK Pengelolaan Udara dan Limbah (PUL) FTSL Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (10/6/2021).

Menurut Ketua KK PUL ITB Prof. Ir. Puji Lestari, Ph.D., isu persampahan ini menjadi isu yang sangat krusial di Indonesia, baik di kota besar maupun di kota kecil.

"Artinya sampah ini adalah masalah kita semua. Tidak hanya para ahlinya, tetapi kontribusi peran masyarakat juga sangat penting dalam pengelolaan sampah," ujarnya seperti dikutip dari laman ITB, Selasa (29/6/2021).

Dengan landfill mining

Narasumber webinar, Dr. Ir. I Made Wahyu Widyarsana, M.T., membahas tentang rehabilitasi dan penutupan TPA.

Menurutnya, para pemangku kebijakan dapat melakukan evaluasi terhadap kualitas lingkungan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, yakni melalui penilaian indeks risiko lingkungan (IRBA).

Dijelaskan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk rehabilitasi TPA adalah landfill mining. Cara ini tidak hanya menata ulang TPA, tetapi juga memanfaatkan kembali material yang ada dalam timbunan, termasuk mengekstraksi gas metan.

Baca juga: Webinar Undip: Kelola Sampah Plastik Jadi Sumber Daya

Teknologi landfill mining dianggap dapat meningkatkan umur TPA, keuntungan finansial, dan reklamasi TPA.

Meski demikian, sebaiknya proses pemilahan sampah tetap menjadi prioritas utama dalam pengelolaan sampah sehingga TPA tidak menanggung beban yang terlalu berat dalam permasalahan sampah.

Gas metan dari landfill ternyata masih banyak yang lepas ke atmosfer dan mengakibatkan efek rumah kaca.

Karenanya, Dr. Ir. Opy Kurniasari, M.T., melakukan penelitian untuk mengurangi emisi gas metan dengan memanfaatkan kompos yang berasal dari sampah yang lama ditimbun di landfill sebagai tanah penutup landfill (biocover) yang menjadi media oksidasi metan.

Proses oksidasi ini dipengaruhi oleh keberadaan oksigen pada biocover dan keberadaan nutrien yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme.

Sementara itu, Ir. Prasetyo, M.Eng., selaku Direktur Sanitasi pada Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR juga memberikan materi webinar.

Dia menjelaskan mengenai usaha pemerintah dalam pengelolaan persampahan di Indonesia, termasuk revitalisasi TPA.

Untuk itu dia menekankan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengoperasikan infrastruktur TPA di daerahnya sesuai dengan kaidah teknis sehingga dapat mengurangi masalah persampahan di Indonesia.

Ke depan, pihaknya juga punya rencana untuk di kota/ kabupaten yang memang punya potensi, dalam artian diinisiasi untuk pembangunan fasilitas RDF (Refused Derived Fuel).

Baca juga: Akademisi UII: Ini Cara Mengelola Sampah Masker Sekali Pakai

"RDF ini bagaimana mengolah sampah yang nantinya berubah menjadi bahan energi sebagai substitusi bagi batubara yang bisa dimanfaatkan di industri semen maupun di PLTU," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com