KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dirjen Diksi Kemendikbud Ristek) Wikan Sakarinto mengungkapkan pentingnya lulusan pendidikan yang harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.
Menurut Wikan, pendidikan vokasi sangat berhubungan erat dengan dunia industri. Dengan adanya pendidikan vokasi ini, perguruan tinggi bisa melahirkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Adanya link and match adalah untuk menyesuaikan lulusan dengan dunia industri, bukan hanya mengandalkan ijazah namun kompetensi.
Lulusan yang mempunyai kompetensi bertujuan untuk BMW yang merupakan kepanjangan dari:
Baca juga: Ini Rincian Biaya Kuliah 35 Prodi Soshum UNS Jalur Seleksi Mandiri 2021
Ketiganya merupakan muara saat mahasiswa sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya.
"Setelah lulus nanti, mahasiswa tidak hanya mengandalkan ijazah saja. Mereka bisa mengembangkannya melalui berbagai macam kegiatan untuk meningkatkan masa depan mereka," terang Wikan dalam webinar bertajuk 'Strategi Nikah Massal antara Vokasi dan Industri' seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (6/6/2021).
Untuk menunjang lulusan yang kompeten, lanjut Wikan, sangat dibutuhkan kemampuan yang baik melalui hard skills, soft skills, dan karakter.
Dengan memiliki ketiga kemampuan tersebut, mahasiswa yang lulus diharapkan bisa memenuhi dunia industri.
Baca juga: Tips Tentukan Pilihan Jurusan Kuliah ala Akademisi Unpar
Wikan menekankan, program link and match bukan sekedar tanda tangan MoU saja. Namun, dengan adanya link and match ini bisa menjadi sebuah gerbang bagi lulusan vokasi agar sukses bisa memenuhi kebutuhan pasar dan dunia industri.
"Link and match itu bukan sekadar tanda tangan Mou namun bisa dengan paket 8+1," imbuh Wikan.
Paket 8+1 untuk mendukung link and match ini antara lain:
1. Sinkronisasi kurikulum
2. Pengembangan soft skills dengan project base learning
3. Pengajar dari industri
4. Magang minimal satu semester