Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iluni UI: Ekosistem Inovasi Perlu Dibangun untuk Lahirkan Lebih Banyak "Startup Decacorn"

Kompas.com - 09/05/2021, 09:50 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

“Terlepas dari semua permasalahan dan tantangan yang ada, jiwa-jiwa entrepreneur perlu dimiliki oleh pengambil kebijakan yang bisa dimulai dari perguruan tinggi," ungkap Prof. Tirta.

"Kita juga perlu belajar dari masa lalu soal ekosistem inovasi, apa-apa saja yang tidak berhasil harus dapat perbaiki saat ini. Dengan begitu sejelek apapun ekosistemnya, entrepreneur baru tetap akan lahir,” tambahnya.

Baca juga: Startup Asal Indonesia Jadi Panelis di Forum PBB

Dia menyampaikan, buku “Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan” telah disusun dengan sangat lengkap, komprehensif, menstimulasi, kontekstual, dan relevan sesuai dengan permasalahan apa saja yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

Sementara itu, menurut Co-Founder TEMUIDE Haemiwan Fathony, faktor kunci keberhasilan para founder perusahaan unicorn dan decacorn Indonesia dan luar negeri seharusnya diaplikasikan dengan prinsip kolaborasi dan sinergi.

Haemiwan menegaskan perlu ada nyali bukan hanya dari entrepreneur saja tapi juga dari pihak kampus, pemerintah, dan industri.

Selain itu, menurutnya kampus mampu menjadi salah satu institusi yang berperan penting dalam menciptakan bibit-bibit founder perusahaan rintisan raksasa.

Selain itu, Haemiwan menilai gagasan ekosistem inovasi yang coba ditawarkan buku “Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan” mampu menjadi jawaban bagaimana ekosistem perusahaan rintisan Indonesia dapat berkembang dan memberi solusi atas permasalahan yang ada.

“Dimulai dari hal kecil, seperti bagaimana riset di kampus menciptakan hak paten untuk mengembangkan kewirausahaan rintisan dan bukan sebatas mengejar H-Index Scopus belaka," ujarnya.

"Kampus juga perlu menggandeng para mahasiswa dan industri bersama pemerintah sehingga tercipta ekosistem inovasi yang kita semua harapkan supaya tumbuh kewirausahaan rintisan baru lainnya,” pungkas Prof. Haemiwan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com