Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM: Ada Potensi Varian Baru Virus Corona di Indonesia

Kompas.com - 24/02/2021, 10:22 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berbagai penelitian terkait Covid-19 terus bermunculan selama pandemi ini berlangsung. Termasuk penelitian terkait adanya varian baru virus Covid-19 yang muncul di beberapa negara.

Menurut Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dr. Bayu Satria Wiratama, ada kemungkinan varian atau strain baru Covid-19 muncul di Indonesia.

"Kemungkinannya sangat besar, tapi kemungkinan kita bisa mendeteksinya kurang begitu besar," terang dr. Bayu seperti dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Rabu (24/2/2021).

dr. Bayu mengungkapkan, kondisi ini dikarenakan kegiatan surveilans genomik SARS COV-2 di tanah air saat ini belum maksimal.

Potensi varian baru di Indonesia cukup besar

Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap genomik virus corona baru masih sangat kecil.

"Baru sekitar 0,03 persen dari seluruh sampel kita, masih kecil," imbuh dr. Bayu.

Baca juga: Pakar Biologi Kelautan ITS: Begini Perlakuan Ikan Paus yang Terdampar

Potensi munculnya strain baru Covid-19 made in Indonesia cukup besar. Pasalnya, penularan Covid-19 di Indonesia masih aktif dan cukup luas di berbagai wilayah.

Penularan yang terjadi secara terus menerus membuat potensi virus untuk bermutasi kian besar. Terlebih virus SARS COV-2 merupakan tipe virus RNA seperti virus influenza yang mudah bermutasi.

"Dampak paling serius adalah kita akan terus menerus mengembangkan vaksin. Sebab mutasinya tidak pernah bisa secara efisien dihentikan oleh vaksin sebelumnya dan penularan akan terus berlanjut," urai dr. Bayu.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Spons Laut dan Minyak Atsiri sebagai Antiinfeksi

Untuk menekan transmisi dan mengantisipasi munculnya varian baru virus SARS Cov-2 Bayu menekan pemerintah terus meningkatkan strategi 3T. Yakni testing, tracing, dan treatment.

Selain itu untuk membantu mencegah penularan Covid-19, masyarakat juga harus disiplin dalam melaksanakan 5M.

Seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, serta menghindari kerumunan.

"Mutasi virus ini bisa terjadi karena 3T dan 5M yang masih lemah. Walaupun mutasi terjadi sifat penularannya sama jadi tetap bisa dicegah dengan 5M," terangnya.

Ada istilah Long Covid

Selain kemungkinan varian atau strain baru Covid-19 muncul di Indonesia, sebelumnya Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Anton Sony Wibowo juga sempat menyampaikan istilah Long Covid.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Apa Itu Long Covid? Yuk Kenali Gejalanya

Long Covid merupakan suatu gejala Covid-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan pasca infeksi atau saat masa pemulihan.

"Long covid adalah gejala Covid-19 yang menetap, dialami pasien setelah fase perbaikan kondisi lebih dari waktu yang diharapkan," papar dr. Anton.

Gejala pada pasien yang mengalami Long Covid pada umumnya muncul di bidang THT-KL antara lain, hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia) dan gangguan indera penciuman dalam mengidentifikasi bau-bauan (parosmia).

Selain itu juga hilangnya kemampuan mengecap (dysgeusia) menjadi salah satu gejala yang kerap ditemukan pada pasien dengan Long Covid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com