Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Unair: Adanya Kelompok Anti Vaksin karena Kurang Pemahaman

Kompas.com - 17/01/2021, 16:22 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Indonesia belum juga berakhir. Karena itu, pemerintah terus berupaya untuk dapat keluar dari musibah ini.

Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan program vaksinasi. Kendati demikian, pelaksanaan program vaksin Covid yang telah dimulai di Indonesia menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat.

Tentu terdapat golongan masyarakat yang mendukung upaya pemerintah tersebut. Tapi, ada juga golongan masyarakat yang menentang hingga muncul sebuah gerakan bernama gerakan anti vaksin.

Terkait hal itu, Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Musta’in Mashud memberikan tanggapannya.

Baca juga: Siswa, Pahami Arti Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen

Menurutnya, adanya informasi yang berbeda-beda dari para ahli dan kurangnya pengetahuan serta pemahaman masyarakat terkait Covid-19 menyebabkan masyarakat menjadi tidak percaya.

Tak hanya itu saja, banyaknya isu, rumor dan informasi yang secara liar beredar melalui media sosial juga menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 semakin rendah.

Masyarakat yang sejak awal kurang paham, ragu dan tidak percaya, apabila terus menerus memperoleh informasi yang tidak terkonfirmasi kebenarannya, maka akan semakin menolak vaksin Covid-19.

"Terlebih lagi belum ada Undang-Undang yang mewajibkan penggunaan vaksin itu," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, Prof. Musta’in seperti dikutip dari laman Unair, Minggu (17/1/2021).

Dikatakan, pandemi Covid-19 itu bukan hanya ancaman personal, tetapi mengancam kelompok, komunal dan masyarakat.

Sehingga, apabila terdapat salah satu dari sejumlah orang yang menolak divaksin, maka akan membahayakan beberapa orang. Ini dikarenakan Covid-19 adalah penyakit yang proses penularannya melalui interaksi dan proses sosial.

Covid-19 dapat menular ketika seseorang berkomunikasi dan berkumpul secara berdekatan dengan orang lain, padahal kegiatan-kegiatan tersebut merupakan simbol identitas komunalitas budaya kita.

"Semakin dekat, tanda akrab dan secara budaya dianggap baik. Itu tidak menjadi masalah karena adanya kekebalan tubuh kita," jelasnya.

Menurut dia, vaksinasi yang kini diprogramkan pemerintah bertujuan agar semua masyarakat mempunyai kekebalan tubuh yang baik sehingga selamat dari ancaman Covid-19.

Perlu sosialisasi secara lengkap

Untuk mengatasi gerakan anti vaksin itu, Prof. Musta’in menyatakan, sosialisasi terkait Covid-19 maupun terkait vaksin tetap perlu dilakukan secara lengkap dan komprehensif.

Sehingga, masyarakat semakin memahami, mengerti dan menyadari pentingnya mengikuti protokol kesehatan dan menerima program vaksinasi.

Dengan informasi yang jelas dan terkonfirmasi dengan baik, maka masyarakat akan dapat memilah dan memilih perilaku adaptif sesuai tuntutan protokol kesehatan dan menerima program vaksinasi.

Baca juga: Vaksin Sinovac Halal, Pakar UGM: Tak Perlu Ada Gejolak Penolakan

Karena, ketika masyarakat sudah menyadari dan merasakan manfaat pentingnya menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya, maka situasi tersebut dinamakan internalized. Artinya, protokol kesehatan dan vaksinasi sudah menjadi kebutuhan.

Selain itu, penting sekali adanya kontrol sosial yang tidak hanya dilakukan oleh aparatur negara, tetapi juga perlu dilakukan oleh tokoh masyarakat, para pemuda dan para stakeholder.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com