Spontan Osmar santai menjawab satu-satu-dua-dua-satu. Akibat yakin dirinya benar yang memang sebenarnya memang benar-benar benar, Osmar terkejut lalu kecewa akibat sang guru menghardik, “Salah! Yang benar adalah sebelas-ribu-dua-ratus-duapuluhsatu!”.
Sejak itu Osmar malas menggunakan kesaktian aritmatikalnya demi tidak dihardik guru sehingga lambat laun kesaktian itu musnah dengan sendirinya.
Andaikata tidak dihardik guru, mungkin sekarang Osmar sudah ketat bersaing kesaktian berhitung melawan Shakuntala.
Jika ingin sistem pendidikan massal yang pada hakikatnya sudah keliru dalam memassalkan pendidikan demi memungkinkan industri pendidikan menyeragamkan metabolisme lahir-batin manusia yang sebenarnya beda satu dengan lain-lainnya, dibutuhkan pendidikan yang tidak membunuh kreativitas.
Dibutuhkan pendidikan yang menggairahkan semangat kreativitas para siswa agar para siswa bersemangat mengembangkan daya kreativitas masing-masing di bidang bakat dan bidang perhatian masing-masing.
Manusia bukan robot maka tidak senonoh apabila diprogram untuk menjadi seragam satu dengan lain-lainnya dengan apa yang disebut sebagai kurikulum pendidikan yang disusun demi menyeragamkan manusia sebagai ciptaan Tuhan untuk tunduk pada kurikulum sebagai ciptaan manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.