Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Virus Unbraw: Gerakan Mudik Warga Jakarta akan Ubah Masa Puncak Wabah Covid-19

Kompas.com - 30/03/2020, 18:16 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Pakar virus Universitas Brawijaya (UnBraw), dr. Andrew William Tulle mengatakan adanya gerakan mudik warga Jakarta mempengaruhi pola penyebaran COVID-19.

Gerakan mudik warga Jakarta akan memunculkan kasus-kasus baru dan mengubah masa puncak wabah.

"Jika upaya pencegahan transmisi dapat dimaksimalkan kemungkinan perkiraan puncak wabah juga akan bergeser dan wabah virus ini bisa segera berakhir," kata Andrew seperti dikutip dari laman Universitas Brawijaya.

Andrew menambahkan selama ini virus COVID-19 masih ditransmisikan secara efektif antarmanusia sehingga jumlah penderita masih bisa bertambah.

"Upaya yang dapat dilakukan adalah menghambat penyebaran dengan mengurangi kemungkinan transmisi virus antarmanusia, hingga seluruh penderita sembuh dan terbebas dari virus," katanya.

Ia berharap, dengan mengurangi transmisi serta seiring berjalannya waktu, virus COVID-19 akan mengalami mutasi dan menjadi lebih lemah, seperti terjadi pada SARS 2002 - 2003.

Hasil penelitian saat itu menunjukkan adanya mutasi virus SARS 2002 - 2003 yang diduga menyebabkan keganasan virus berkurang dan kasusnya mereda.

Andrew menghimbau agar masyarakat tetap mengikuti aturan pemerintah agar Covid-19 tidak semakin menyebar.

"Di Indonesia sendiri, kemampuan untuk mendeteksi kasus baru COVID-19 masih terbatas ," katanya.

Ia mengatakan, Coronavirus merupakan virus yang memiliki selubung di bagian luar disebut "envelope".

Baca juga: Tips Tangkal Virus Corona dari Pakar Kesehatan Mental Unbraw

Virus-virus envelope jika envelopenya rusak akan menjadi inaktif, oleh karena itu virus-virus envelope mudah diinaktifkan.

" Akan tetapi coronavirus berbeda dibandingkan virus envelope yang lain, karena lebih mampu bertahan di lingkungan. Faktor yang menyebabkan coronavirus lebih stabil masih belum jelas," katanya.

 

Berdasarkan penelitian terbaru di NIH (National Institute of Health, US), virus COVID-19 dapat bertahan di lingkungan selama delapan jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi pada tiga jam pertama.

Selain itu virus tersebut juga dapat bertahan cukup lama pada permukaan benda mati. Waktu paruh virus, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jumlah virus berkurang menjadi separuhnya, pada permukaan tembaga sekitar tiga jam, kertas kardus sekitar delapan jam, besi selama 13 jam dan plastik selama 15 jam.

"Berdasarkan penelitian tersebut, virus masih terdeteksi pada besi dan plastik hingga 72 jam, tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya. Namun penelitian tersebut hanya menguji stabilitas virus tetapi belum diketahui apakah virus tesebut masih infeksius atau tidak," katanya.

Baca juga: Sicat Corona, Alat Pembasmi Virus di Malang Karya Mahasiswa Brawijaya

Meski demikian, dia mengimbau masyarakat untuk tidak panik, sebab pada saat menangani SARS belum ada media sosial, sehingga tenaga medis bisa menangani dengan lebih tenang.
Sedangkan pada masa COVID ini seringkali muncul broadcast-broadcast yang kurang tepat dan hoax-hoax di media sosial yang hanya membuat masyarakat semakin panik.

"Mungkin media bisa membantu dalam "perang" melawan COVID-19 ini dengan menyebarkan berita-berita positif, sehingga dapat membantu meredakan kepanikan di masyarakat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com