Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Fakta Ashton, Anak Usia 6 Tahun Peraih Medali Emas Olimpiade Matematika

KOMPAS.com - Seorang anak berusia 6 tahun Ashton Alexander Fung berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan meraih medali emas di Olimpiade Matematika tingkat International.

Di ajang Olimpiade Matematika yang diadakan di Singapura 21 Januari silam ini, Ashton berkompetisi dengan anak-anak dari 22 negara lainnya.

Ashton memang seorang anak gifted yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya.

Bagaimana tidak, di usia 3 tahun, Ashton sudah memahami konsep perkalian dan diumur 4 tahun sudah bisa mengerti konsep kuadrat dan akar.

Berikut beberapa fakta menarik dari Ashton, anak 6 tahun yang berhasil meraih medali emas di Olimpiade Matematika internasional di Singapura.

1. Belajar 8 jam sehari untuk persiapan lomba

Ibu dari Ashton, Marlene mengatakan, dalam kompetisi Olimpiade Matematika beberapa waktu lalu, Ashton meraih Medali Emas dengan Global Rank nomor 3 di kategori kelas 1 SD.

Marlene mengatakan, Ashton sangat antusias dalam mengikuti berbagai lomba matematika karena passion-nya memang di bidang itu.

Marlene menjelaskan, sebelum masuk ke final SEAMO X yang diselenggarakan di Singapura beberapa waktu lalu, semua peserta lomba harus melewati babak penyaringan tingkat nasional di masing-masing negara.

Selanjutnya, top 40 persen dari anak yang menang di tingkat nasional berhak untuk lanjut ke tingkat final berkompetisi dengan peserta ( top 40 persen ) dari 22 negara peserta Olimpiade Matematika.

"Persiapan yang dilakukan adalah latihan setiap hari. Mengerjakan soal-soal matematika tahun sebelumnya. Kemudian saat mendekati lomba, Ashton latihan lebih intensif, bisa 8 jam per hari," ungkap Marlene kepada Kompas.com.

2. Memahami kuadrat dan akar di usia 4 tahun

Orangtua Ashton menyadari anaknya memiliki minat di bidang matematika karena sejak usia 2 tahun Ashton sudah menunjukan tanda-tanda ketertarikan pada matematika.

Saat sedang snack time atau makan camilan, Ashton tiba-tiba bisa menjumlahkan dan mengurangi snack yang ada di dalam kotak snack-nya.

"Karena kami melihat potensi di dalam diri Ashton maka kami menstimulasi dengan mengajarkan pemahaman konsep dasar matematika," beber Marlene.

Dari stimulasi yang diberikan orangtua Ashton, perkembangan pemahaman Ashton terhadap matematika sangat cepat.

Hal itu menjadi progres yang baik dimana pada saat umur 3 tahun Ashton sudah memahami perkalian dan umur 4 tahun sudah bisa mengerti konsep kuadrat dan akar.

3. Ashton adalah anak gifted

Marlene mengungkapkan, Ashton adalah anak gifted yang mana agak sedikit berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Orangtua Ashton beruntung karena menyadari sejak dini. Sehingga Ashton dibawa ke profesional, seorang psikolog untuk berkonsultasi dan melakukan tes IQ.

"Kami sangat terbantu dengan arahan dari psikolog," imbuh Marlene.

4. Ashton seorang anak kinestetik dan self learner

Dari sisi gaya belajar, Ashton termasuk anak yang kinestetik yang artinya tidak bisa duduk diam.

Beruntung sekolah Ashton bisa memahami kondisi Ashton dan berdiskusi dengan orangtua. Sehingga bisa menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman. Ashton kini duduk di kelas 1 salah satu SD swasta di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Menurut Marlene, Ashton juga tipikal self learner atau belajar sendiri dari buku ataupun YouTube .

"Biasanya setelah belajar sendiri nanti akan ditulis di kertas atau buku yang kemudian akan dijadikan bahan diskusi dengan kami," tandas Marlene.

5. Suka science dan coding

Selain matematika, Ashton juga menyukai science dan coding. Agar lebih paham soal coding, saat ini Ashton sedang belajar pemograman Turtle (Python versi begineer). Marlene berharap, semester depan bisa naik level ke Python.

Ditanya soal cita-cita, Ashton ingin menjadi game changer atau menjadi problem solver untuk society. Sehingga saat ini Ashton rajin belajar science dan coding untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

Karena ketertarikannya di bidang matematika, Ashton mengidolakan Mischka Aoki dan Devon Kei Enzo serta Jerome Polin karena pintar menyelesaikan soal matematika.

Marlene menambahkan, ia sendiri tidak menyangka akan memiliki seorang anak yang mempunyai kemampuan lebih di bidang matematika dan di atas rata-rata anak seusianya.

Namun saat hamil Ashton, Marlene selalu mengonsumsi makanan bergizi. Selalu berpikiran positif, banyak mendengarkan musik klasik dan melakukan meditasi ringan di pagi hari.

Marlene menyampaikan beberapa pesan bagi orangtua lainnya. Terkadang anak-anak yang tidak bisa diam atau banyak bertanya bukan berarti mereka nakal.

Sebaiknya sebagai orangtua, pelajari lebih dahulu pola tingkah laku anak karena kemungkinan mereka adalah anak-anak berbakat dan bertalenta yang sangat memerlukan dukungan sebagai orangtua untuk bisa membimbing mereka.

Ashton juga membagikan pesan untuk anak-anak Indonesia, agar terus belajar dan jangan menyerah. "If you fall, stand. If you fail, try again" (Jika kamu jatuh, berdirilah. Jika kamu gagal, coba lagi).

"Semoga tahun ini, Ashton bisa mengibarkan bendera Indonesia lebih banyak lagi di panggung internasional," tandas Marlene.

https://www.kompas.com/edu/read/2024/02/24/070300371/6-fakta-ashton-anak-usia-6-tahun-peraih-medali-emas-olimpiade-matematika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke