Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Survei: Anak-Anak di Kota Malang Banyak yang Tidak Kenal Lagu Daerah

MALANG, KOMPAS.com - Anak-anak dibawah umur di Kota Malang masih cukup banyak yang tidak mengenal lagu-lagu daerah. Hal itu diketahui dari hasil survei yang dilakukan Museum Musik Indonesia (MMI).

Ketua MMI, Ratna Sakti Wulandari mengatakan, belum lama ini pihaknya mengadakan survei dengan 400 responden anak. Hasilnya, ada sekitar 360 anak atau 90 persen responden tidak mengenal lagu-lagu daerah.

"Banyak yang tidak tahu dan lupa jawabannya (terkait lagu-lagu daerah). Surveinya sekitar empat minggu lalu. Kami melakukannya dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan ke sejumlah anak di sekitar Museum Brawijaya dan Perpustakaan umum Kota Malang," kata Ratna pada Rabu (23/8/2023).

Dia mengatakan, anak-anak di Kota Malang lebih hafal lagu-lagu bertemakan percintaan, K-Pop, hingga berbahasa Inggris. Menurutnya, lagu-lagu itu lebih banyak diketahui anak-anak karena bermunculan di berbagai platform media sosial.

"Mereka itu mungkin mendengar dari seperti di media sosial TikTok atau instagram. Tentu, kondisi ini cukup memprihatinkan, karena terancam untuk nilai kebangsaan kita, akan hilang ke depannya," katanya.

Upaya yang dilakukan pihaknya, beberapa waktu lalu bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang menggelar lomba menyanyikan lagu daerah, dengan tajuk Nusantara Bernyanyi.

Perlombaan itu digelar dari tanggal 20 - 25 Agustus lalu.

"Pesertanya anak-anak, mulai dari tingkat SD sampai SMP di Malang Raya. Yang dinyanyikan lagu daerah," katanya.

Para peserta seperti membawakan lagu-lagu, berjudul Ampar Ampar Pisang (Kalimantan Selatan), Manuk Dadali (Jawa Barat), Jaranan (Jawa Tengah), Yamko Rambe Yamko (Papua).

Selain itu lagu Bungong Jeumpa (Aceh), Mariam Tomong (Sumatera Utara), Tanduk Majeng (Jawa Timur), O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara), Bolelebo (Nusa Tenggara Timur), dan Sarinande (Maluku).

Menanggapi hasil survei itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Malang Ahmad Farih Sulaiman merasa sedih melihat fakta tersebut. Menurutnya, Kota Malang yang dikenal sebagai Kota Pendidikan seharusnya jauh lebih unggul untuk pengetahuan bagi anak-anaknya tentang lagu daerah.

"Sedih ya, perkembangan teknologi yang semakin meningkat ternyata tidak memberikan efek positif terhadap perkembangan anak itu sendiri," katanya.

Menurut Fahri, pengetahuan lagu daerah sejak dini sangat penting sebagai pembelajaran yang banyak mengandung nilai-nilai positif.

"Jangan sampai nilai-nilai yang ada semakin ke depan bukan semakin baik, tapi malah berkurang kualitasnya, karena banyaknya anak-anak yang tidak tahu lagu-lagu daerah, padahal memiliki nilai-nilai positif bagi kehidupan," katanya.

Dia juga akan mengusulkan untuk meninjau ulang atau me-review kurikulum sekolah yang berlaku.

Hal itu juga untuk mengetahui dan menindaklanjuti sejauh mana pengenalan lagu-lagu daerah di sekolah-sekolah.

"Mungkin faktor penyebab anak-anak tidak mengenal lagu daerah bisa saja karena tidak diajarkan atau tidak suka. Sehingga kami perlu me-review kurikulumnya dan mengetahui kenapa tidak tahu lagu daerah," katanya.

Selain itu, dia akan memberi saran yang akan diajukan ke DPRD Kota Malang kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang terkait persoalan ini dengan rutin membuat perlombaan lagu daerah dan nasional.

"Tapi bukan sekedar lomba, dikonsep dengan kekinian. Saya harap Kota Malang sebagai kota pelajar harus tahu dengan lagu-lagu daerah dan lagu-lagu nasionalnya," katanya.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/08/24/075748471/survei-anak-anak-di-kota-malang-banyak-yang-tidak-kenal-lagu-daerah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke