Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soal Petisi WFH, Pakar Unair: Interaksi Langsung Tetap Diperlukan

KOMPAS.com - Sosiolog sekaligus Guru Besar Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Prof. Sutinah menanggapi banyaknya generasi muda yang lebih memilih Work From Home atau WFH.

Baru-baru ini juga muncul petisi tentang persetujuan diterapkannya sistem WFH kembali. Padahal kebijakan WFH sebenarnya sudah tidak perlu dilakukan mengingat tren angka positif Covid-19 sudah jauh berkurang.

Prof. Sutinah mengatakan, hal tersebut merupakan dampak dari perubahan sosial belakangan ini. Salah satunya ketika era digital booming.

"Dulu semasa saya, bekerja itu adalah bekerja di kantor, orang tidak dianggap bekerja kalau tidak di kantor. Dan sekarang mengalami perubahan terutama setelah perkembangan IT," kata Prof. Sutinah seperti dikutip dari laman Unair, Sabtu (14/1/2023).

Faktor yang menyebabkan anak muda lebih suka WFH

Menurut Prof. Sutinah, ada beberapa faktor yang menyebabkan pola pikir generasi muda lebih suka WFH daripada harus bekerja di kantor.

Beberapa faktor yang membuat generasi muda lebih suka WFH, seperti:

  • Efisiensi waktu
  • Merasa lebih produktif
  • Tidak terdapat gangguan yang signifikan
  • Tidak perlu terjebak macet
  • Merasa lebih nyaman

Selain itu, pekerja pun dapat mengatur waktunya sendiri dalam bekerja, karena bekerja tidak sekadar pagi dan pulang sore.

"Bisa jadi ada orang yang ingin kerjanya pagi-pagi sekali. Namun ada juga yang ingin kerjanya malam karena sepi sehingga mereka tidak terganggu oleh suara atau mendengar hal lain," ungkap Prof. Sutinah.

Manusia tetap membutuhkan interaksi sosialnya

Prof. Sutinah menambahkan, pekerja pun dapat menggunakan waktu luang tersedia untuk melakukan kegiatan yang menunjang produktivitas.

Komponen tersebut, lanjut dia, akhirnya menjadi angin segar bagi pekerja milenial yang cenderung menyukai fleksibilitas dalam melakukan sesuatu tanpa tekanan yang besar.

"Di kantor itu kan sering kali ada semacam konflik dengan teman, dalam arti bukan konflik fisik ya. Ada persaingan, kadang ada hal yang membuat jealous tapi kalau di rumah kan tidak," beber Prof. Sutinah.

Namun secara sosiologis, manusia tetap membutuhkan interaksi sosialnya. Walaupun hal tersebut mampu dilakukan dengan perantara teknologi, interaksi sosial yang dilakukan langsung tanpa sekat dan jarak pun tetap harus diperhatikan.

Hal tersebut akan meningkatkan pemahaman terhadap lawan bicara daripada interaksi dengan teknologi. Dalam masyarakat digital tetap membutuhkan hubungan dengan sesama.

Karena interaksi sosial itu dalam sosiologi dikenal sebagai dasar orang untuk dapat melakukan aktivitas.

"Meskipun interaksi dapat dilakukan secara online, tapi interaksi secara langsung masih tetap diperlukan," pungkas Prof. Sutinah.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/01/14/094700171/soal-petisi-wfh-pakar-unair--interaksi-langsung-tetap-diperlukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke