Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Anak Buruh Serabutan yang Sukses Jadi Dosen

KOMPAS.com - Tidak ada yang mustahil, jika seseorang tekun dan serius berusaha dalam menggapai cita-cita.

Itu yang dilakukan Arin Setyowati, anak buruh serabutan asal Kapas, Bojonegoro yang saat ini jadi Dosen di UM Surabaya dan Pakar Ekonomi.

Meski lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi tidak baik, itu tidak membuat Arin patah semangat.

Putri pasangan almarhum Kartiono dan Ninik Isnaini mampu membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya milik orang-orang yang memiliki uang, tapi juga milik orang-orang yang berjuang.

Terlahir dari 3 bersaudara dan menjadi perempuan satu-satunya bukan hal yang mudah bagi dirinya.

Rupanya saat akan memasuki masuk SMK, Arin hampir putus sekolah karena terkendala biaya.

"Jadi bapak waktu itu kerjanya serabutan, mulai dari supir truk besar, truk kecil dan nyambi jadi tukang becak, sementara ibu jualan krupuk dan rujak di pasar, kadang juga keliling," ucap dia dalam keterangannya dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (14/12/2022).

Menurut dia, dirinya sempat tidak didukung keluarganya saat akan masuk SMK, karena terkendala biaya.

Arin mengakui, untuk makan saja susah, apalagi untuk membayar SPP setiap bulannya.

Bahkan, dia memilih sekolah SMK bukan tanpa alasan, dia beranggapan jika tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi setidakya bisa langsung bekerja.

"Waktu itu, saat saya mendaftar di SMK saya tidak ada uang sama sekali, hanya ada uang untuk bayar angkutan umum, tapi saya tetap yakin datang dan daftar saja. Rupanya Allah menolong lewat perantara kawan saya, sehingga saya bisa mendaftar hari itu juga," ungkapnya.

Rupanya perempuan yang memiliki hobi belajar sejak kecil ini langganan menjadi juara kelas dari SD hingga SMK.

Karena kepandaiannya selama SMK, Arin mendapatakan beasiswa dari sekolah, sehingga dia tidak perlu membayar SPP secara penuh.

Saat kuliah sambil bekerja di rental pengetikan dan admin

Setelah lulus sekolah SMK, hidupnya tidak langsung mudah, dirinya masih terus bermimpi agar bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

Bahkan, dia sempat mendaftar di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Namun keberuntungan belum memihaknya, ditambah lagi Ayahnya meninggal di tahun itu, sehingga perlahan mengubur mimpinya.

Beberapa bulan setelah Ayahnya meninggal, dia mendapatkan tawaran kuliah dari Pimpinan Daerah Aisyiyah Bojonegoro di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) melalui beasiswa kader.

Tanpa berpikir panjang, dia mengambil tawaran itu untuk kuliah di Jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI).

Karena hanya mendapatkan gratis biaya kuliah, dia harus tetap bekerja untuk biaya makan dan kos di Surabaya.

"Waktu itu pagi saya kerja di rental sampai sore. Kemudian sorenya kuliah, malam lebih sering aktivitas organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)," jelas dia.

Kerja di rental, dia juga lakoni sampai 1 tahun. Kemudian pada tahun kedua, dia diminta untuk menjadi admin di SD Muhammadiyah 24 Surabaya dan mengajar komputer.

Pekerjaan itu dilakoninya hingga Kuliah Kerja Nyata (KKN), karena dia ingin lebih fokus di semester akhir.

Setelah lulus dari UM Surabaya, dia tak langsung mendapatkan pekerjaan tetap, dia bekerja sebagai administrasi majalah Matan sembari menyiapkan studi lanjut di Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Alhamdulillah waktu itu, saya mendaftar beasiswa calon dosen dan langsung diterima jurusan Ilmu Agama dan Lintas Budaya fokusnya pada Ekonomi Islam," ujarnya.

Saat kuliah S2, sambung dia, permasalahan ekonomi masih menjadi hambatan, karena beasiswanya selalu terlambat cair, sehingga seringkali makan seadanya.
Namun berkat dari beasiswa itu, dia bisa membantu menopang biaya sekolah adiknya hingga lulus.

Selama menjadi mahasiswa UGM, Arin pernah mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa terajin yang mengunjungi perpustakaan.

Setelah lulus dari UGM, Arin menjadi Dosen di UM Surabaya. Puluhan penelitian telah dia hasilkan dan mendapatkan dana hibah dari pemerintah.

Tak hanya itu, Arin juga menjadi pengganggas desa cerdas keuangan syariah yang mayoritas masyarakatnya terjerat pinjol dan rentenir di kawasan Tempurejo Surabaya.

Berkat kegigihannya, dia terpilih menjadi Dosen pendamping terbaik dalam hibah PHP2D dalam Abdidaya Kemendikbud tahun 2021.

Tak hanya itu, dia juga menjadi penerima MOFA Research Fellowship Taiwan.

Sebagai Pakar Ekonomi semua tulisan dan gagasannya mudah ditemui pada media masa online nasional.

Kini, ibu satu anak tersebut tengah menyelesaikan studi S3 di Universitas Airlangga berkat beasiswa BPPDN Awardee Dikti dengan jurusan Ilmu Ekonomi Islam.

"Cara balas dendam terbaik adalah memperbaiki diri sendiri dengan berprestasi," tukas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/12/14/161813271/kisah-anak-buruh-serabutan-yang-sukses-jadi-dosen

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke