Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dari Jeju untuk Dunia: "The Future is Open"

Korea National Open University (KNOU) mendapat kehormatan untuk menyelenggarakannya sebagai tuan rumah. Konferensi diselenggarakan di kepulauan Jeju (Jeju Island), Korea Selatan, pada 2—4 November 2022.

Melalui tema tersebut, PTT anggota AAOU dihadapkan pada isu penting terkait perkembangan dan arah baru dalam operasional pendidikan jarak jauh dan terbuka, terutama terkait apa yang dapat dimanfaatkan institusi-institusi pendidikan jarak jauh dan terbuka pada artificial intelligence (AI), virtual reality (VR), robotic technology (RT), dan teknologi unggul lainnya.

Kehadiran teknologi unggul dan inovatif tersebut, disadari atau tidak, salah satunya telah diakselerasi oleh pandemi Covid-19.

Sejarah dan perkembangan perguruan tinggi terbuka 

Salah satu topik sajian yang menarik adalah tentang “the future is open”. Di masa depan publik harus memiliki akses terbuka terhadap informasi, teknologi, pendidikan, keahlian, dan sejumlah hal lain untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya dan masyarakat.

Institusi pendidikan, terutama pendidikan terbuka, wajib menyediakan hal itu secara terbuka pula. Secara historis, “terbuka” (open) dan “keterbukaan” (openness) merupakan filosofi dan paradigma utama dari gerakan keterbukaan yang dipelopori oleh institusi-institusi pendidikan terbuka, khususnya institusi pendidikan tinggi pasca-perang antara tahun 1960-1970-an.

Gerakan keterbukaan dipicu krisis yang dihadapi perguruan tinggi konvensional yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan publik yang semakin meningkat untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi yang lebih luas dan terbuka.

Di tengah krisis pendidikan itu, lahir perguruan tinggi terbuka pertama di dunia, yaitu The Open University (OU) di Inggris tahun 1969.

Saat ini, terdapat 190 PTT di dunia yang tersebar di 70 negara dan bergabung dalam International Council of Distance Education (ICDE). Peserta didik mencapai lebih dari 15 juta yang tersebar di 6 benua (icde.org).

Di kawasan Asia saja terdapat 44 PTT (full members) dan 44 PTT dan institusi terbuka lain (associate members) yang tergabung di dalam AAOU, termasuk Universitas Terbuka (aaou.org).

Berdasarkan data yang dirilis Goodstats (7/11/2022), beberapa PTT menempati ranking teratas sebagai 10 universitas terbesar di dunia dalam jumah penerimaan mahasiswa (student enrollment). Enam di antaranya adalah PTT di Asia yang termasuk dalam kelompok Mega Open Universities, yakni universitas-universitas dengan total penerimaan mahasiswa lebih dari 100 ribu (Daniel, 1998).

Di urutasn pertama adalah Indira Gandhi National Open University (IGNOU) di India, dengan total 4 juta mahasiswa. Selanjutnya Anadolu University (AU) di Turki menempati posisi keempat dengan total 1.974.343 mahasiswa. Allama Iqbal Open University (AIOU) di Pakistan, menempati posisi keenam dengan total 1.326.948 mahasiswa.

Payame Noor University (PNU) di Iran menempati ranking ketujuh dengan total 800 ribu mahasiswa. Bangladesh Open University (BOU) menempati tempat kedelapan dengan total 650 ribu mahasiswa. Universitas Terbuka (UT) di Indonesia menempati ranking kesembilan dengan total 646.467 mahasiswa.

Tak dapat disangkal, keberadaan Mega Open Universities tersebut sangat berarti dan memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi (PT) (Gross Enrollment Ratio).

Universitas Terbuka misalnya, telah memberikan kontribusi sebesar 5,61 persen terhadap APK-PT secara nasional, dengan rata-rata total penerimaan mahasiswa baru sebanyak 111.574 orang selama tiga tahun terakhir (2019—2021) (Farisi, 2022).

OER, CC, dan MOOCs

Paradigma “terbuka” dan “keterbukaan” terus berkembang luas pada aspek-aspek yang lain. Di antaranya yang paling popular adalah pengembangan Open Educational Resources (OER) tahun 1998, lisensi terbuka Creative Commons (CC) tahun 2001, dan Massive Open Online Courses (MOOCs) tahun 2008.

Pengembangan OER diinisiasi pertama kali kelompok Open Source Initiative (OSI) dan Open Content Initiative tahun 1998. Inisiatif ini kemudian mendapat dukungan dari Hewlett Foundation tahun 2001, ketika Hewlett Foundation dan Andrew W Mellon bekerja sama mendirikan dan mendanai pengembangan projek OpenCourseWare (OCW) Massachusetts Institute of Technology (OCW-MIT) (Farisi, 2013).

MIT pula yang merupakan institusi pertama dan terbesar di dunia yang memiliki komitmen tinggi untuk menyediakan beragam jenis dan format sumber belajar terbuka yang tersedia secara bebas untuk publik.

Saat ini telah tersedia lebih dari 2.500 OCW-MIT dalam bidang energi, kewirausahaan, lingkungan dan keberlanjutan, rekayasa, ilmu komputer, kecerdasan buatan, pemrograman, transportasi, dan lain-lain (ocw.mit.edu).

Pengembangan OER kemudian dilanjutkan dengan inisiatif untuk mengembangkan pembelajaran/perkuliahan online yang bersifat terbuka dan masif (MOOCs) tahun 2008 oleh Dave Cormier dari University of Prince Edward Island.

MOOCs dikembangkan sebagai respon lebih lanjut dari perkuliahan yang disebut “Connectivism and Connective Knowledge (CCK08) yang diselenggarakan oleh George Siemens dari Athabasca University dan Stephen Downes dari National Research Council, Kanada.

Sejak itu pula, OER dan MOOCs telah membuka peluang baru bagi jutaan peserta didik dan pendidik untuk saling berbagi sumber belajar terbuka, dan membantu terjadinya revolusi global dalam penyediaan akses sumber dan pembelajaran terbuka kepada kepada publik.

Bahkan, saat ini, OER dan MOOCs tersedia di berbagai situs institusi, pusat-pusat pendidikan/pembelajaran, dan/atau universitas-universitas terbuka di dunia, termasuk di beberapa PT di Indonesia, seperti yang disediakan dan dikembangkan oleh Universitas Terbuka (pustaka.ut.ac.id/lib/oer/), dan Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I) (icei.ac.id/).

Sejalan dengan pengembangan OER dan MOOCs, tak kalah pentingnya dalam rangka persiapan menuju masa depan terbuka adalah inisiatif untuk menyediakan dan mengembangkan lisensi terbuka.

Salah satunya yang paling popular adalah lisensi terbuka Creative Commons (CC), yang didirikan Lawrence Lessig dari Stanford University bersama para koleganya dari Universitas Massachusetts, Harvard, Duke, dan Universitas Villanova tahun 2001.

CC adalah sebuah organisasi/konsorsium nirlaba yang menyediakan infrastruktur dan fasilitas yang bebas dan terstandardisasi berupa ketentuan-ketentuan lisensi yang dapat digunakan oleh pencipta atau pemegang hak cipta untuk membagikan karyanya sambil mempertahankan beberapa hak milik atas ciptaan-ciptaannya.

Kelahiran CC merupakan ikhtiar besar dalam rangka menyelesaikan konflik seputar visi hukum tentang hak cipta yang telah berlangsung selama kurang lebih 300 tahun, dan terus meningkat secara ekskalatif di era digital saat ini, yaitu konflik antara visi “kepemilikan pribadi” (private property) dan visi “kebijakan publik” (public policy).

Melalui lisensi CC ini, materi pembelajaran, pengajaran dan penelitian dalam beragam format (karya ilmiah, video, foto, audio, dan lain-lain) yang berada di domain publik dimungkinkan/diizinkan untuk diakses, digunakan kembali, diadaptasi, dan diredistribusi oleh orang lain secara terbuka, dan tanpa biaya.

Hingga saat ini, lisensi terbuka CC telah dikembangkan dalam empat tipe:

  1. Atribusi/attribution (CC BY), tipe lisensi yang masih membutuhkan atribusi ke pencipta aslinya;
  2. Berbagi serupa/share alike (CC BY-SA), tipe lisensi yang memungkinkan adanya karya turunan di bawah lisensi yang sama atau serupa;
  3. Tanpa turunan/No derivates (CC BY-ND), tipe lisensi yang memperbolehkan hanya ada ciptaan aslinya, tanpa turunan;
  4. Non-komersial/non-commercial (CC BY-NC), tipe lisensi yang mana ciptaan tidak digunakan untuk tujuan komersial.

Dari keempat tipe lisensi CC itu kemudian dikombinasikan untuk membentuk dua lisensi CC lainnya, yaitu non-komersial berbagi serupa/non-commercial share alike (CC BY-NC-SA), dan non-komersial tanpa turunan/non-commercial no derivates (CC BY-NC-ND) (creativecommons.org/).

Dari keenam tipe lisensi tersebut, saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 1,4 miliar hasil karya cipta yang telah memiliki lisensi CC (State of the Commons, 2017).

Di antara projek lisensi CC yang paling terkenal adalah “Wikimedia”, sebuah portal ensiklopedi terbuka; “Wikipedia”, sebuah portal konten online yang menggunakan lisensi tipe atribution-ahare alike (CC BY-SA).

Untuk membantu dan memudahkan publik menemukan konten-konten berlisensi CC di internet, mesin pelacak Google sudah menyediakan fasilitas “Google Advanced Search” pada pelacak lokasi sumber beragam (Uniform Resource Locator/URL) dengan mengakses langsung pada (google.com/advanced_search).

Bahkan, Community College Consortium for OER juga menyediakan beberapa menu yang memungkinkan public dapat mencari dan menemukan repositori OER lebih cepat dan lebih produktif pada laman https://www.cccoer.org/using-oer/find-oer/.

Menuju masyarakat terbuka

Berkembangnya berbagai inisiatif “terbuka” dan “keterbukaan” ini merupakan sebuah keniscayaan historis dan sosiologis. Isu ini akan terus menggema di masa-masa mendatang sejalan dengan harapan bagi terwujudnya “masyarakat terbuka” (open society) sebagai konsekuensi lahirnya era keterbukaan ilmu pengetahuan dan ekonomi yang membutuhkan model-model baru untuk memenuhi kebutuhan kelompok pembelajar seumur hidup yang jauh lebih besar dan beragam.

Semoga keberadaan PTT bisa terus mengawal berbagai inisiatif “terbuka” dan “keterbukaan” ini dengan mereposisi kedudukan dan perannya bagi kemungkinan untuk membuka jalur-jalur inovasi baru dalam rangka merespon beragam isu global dalam bidang teknologi pendidikan (EduTech), asesmen dan evaluasi, pengembangan SDM, dan pemberdayaan masyarakat.

“Open your future with The Open University. Whatever future you’re looking for, your possibilities are open.” (Open.ac.uk/).

https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/11/104012871/dari-jeju-untuk-dunia-the-future-is-open

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke