Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terapi Fobia Gunakan Teknologi VR ala Dosen Unpad, Ini Cara Kerjanya

KOMPAS.com - Fobia bisa saja dimiliki seseorang. Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak membahayakan. 

Fobia ini bisa disembuhkan dengan bantuan profesional khususnya peran psikolog. Untuk menangani seseorang yang memiliki fobia, psikolog memiliki prosedur intervensi yang dilakukan.

Namun penyembuhan fobia dengan metode ini memiliki biaya tinggi dan tenaga pendukung yang kompeten.

Dosen Departemen Psikologi Klinis Fakutas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Aulia Iskandarsyah mengembangkan perangkat Virtual Reality (VR) berbasis Virtual Reality Exposure Therapy untuk terapi rasa takut dan fobia.

Teknologi VR untuk terapi rasa takut dan fobia

Teknologi VR memiliki keunggulan potensial dalam melakukan terapi untuk mengatasi rasa takut dan fobia.

"Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu/lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya," kata Aulia seperti dikutip dari laman Unpad, Sabtu (5/11/2022).

Dosen Unpad ini memberi contoh, seseorang yang takut terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah sedang berada di bandara atau pesawat terbang.

Hal ini menjadi esensi dari penggunaan teknologi VR sebenarnya. Yaitu menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.

Terapi gunakan Virtual Reality sudah dilakukan sejak 2017

Keunggulannya lainnya adalah efektivitas biaya karena prosedur intervensi oleh psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus.

Aulia menerangkan, perangkat ini mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien atau klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya.

"Handling-nya ada dalam diri dia (pasien). Rasa takut dan fobia dalam seseorang salah satunya disebabkan dari proses belajar manusia," ungkap Aulia.

Karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempelajari ulang (re-learning). Sehingga seseorang lebih bisa menjadi "rasional" dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.

Pengembangan VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini telah dilakukan Aulia sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad.

Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, teknologi VR menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas.

Studi awal yang dilakukan berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang telah mencoba mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap.

"Bukan jadi sama sekali tidak takut, tapi intensitasnya berkurang," tandasnya.

Studi lainnya adalah mengatasi rasa cemas untuk berbicara di depan publik. Dalam melakukan intervensi, tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pengguna. Perbedaan dari setiap level adalah jumlah audiens yang akan dihadapi pengguna.

"Ketika dia mengatasi satu sesi, maka dia akan masuk ke sesi (level) berikutnya. Sehingga itu menambah kepercayaan dirinya. Dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk melakukan prestasi di depan orang," paparnya.

Menurut Aulia, teknologi VR sendiri di luar negeri sudah lama digunakan untuk terapi. Hanya saja, Indonesia belum terlalu familiar dengan aktivitas tersebut.

"Saya kira Unpad menjadi salah satu yang pertama mengembangkan ini," pungkas Aulia.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/11/05/182800771/terapi-fobia-gunakan-teknologi-vr-ala-dosen-unpad-ini-cara-kerjanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke