Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peran Keluarga dalam Tangkal Masalah Internet Use pada Anak dan Remaja

Oleh: Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com - Di masa kini siapa yang tidak menggunakan internet? Pertanyaan retorika ini sebenarnya cukup menggelitik dengan melihat kenyataan di masyarakat bahwa hampir semua orang yang ditemui dalam keseharian.

Baik di rumah, di tempat kerja, di kendaraan umum, di tempat perbelanjaan, bahkan di sekolah, kita melihat adanya penggunaan internet.

Media yang digunakan juga beragam, dari telpon genggam, laptop, dan juga computer di meja kerja. Bahkan usia pengguna dari internet juga sudah merambah ke setiap jenjang usia.

Studi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (kominfo.go.id) bersama sumber dana dari UNICEF menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja mengetahui tentang internet, dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet.

Dari penelusuran aktivitas di jaringan internet, dari 400 responden yang tersebar di seluruh wilayah perkotaan dan pedesaan adalah anak dan remaja berusia 10-19 tahun.

Dalam internet didapatkan berbagai informasi yang dapat dinikmati penggunanya. Ragam informasi seperti berita terkini, informasi edukatif, film, lagu, aktivitas sosial media, bermain game, dan banyak hal dapat ditemui di internet.

Dari banyaknya ragam informasi yang disajikan melalui internet, tampaknya internet memang menjadi bagian penting dalam kehidupan masa kini.

Lalu, apakah penggunaan internet dapat menjadi suatu sumber terjadinya persoalan dalam aktivitas individu?

Penggunaan internet yang sampai membuat individu penggunanya mengalami berbagai kondisi ketidak sesuaian dalam beradaptasi dapat dijelaskan dalam konsep problematic internet use.

Problematic internet use adalah penggunaan internet yang bersifat maladaptive, yang dalam penggunaannya menyebabkan individu mengalami kesulitan mengontrol dirinya dalam menggunakan internet, terjadi dalam rentang waktu yang terlalu lama.

Selain itu individu dapat merasakan tekanan atau menimbulkan perubahan perilaku setelah menggunakan internet yang berlebihan (Shapira, et al., dalam Aboujaoude, 2010).

Pada masa pandemi Covid-19, tuntutan untuk menggunakan internet tidak dapat dipungkiri. Sekolah dan bekerja dari rumah dan satu sama lain tetap terkoneksi dengan adanya internet.

Guru atau dosen mengajar melalui media internet, rapat-rapat perusahaan juga dilaksanakan melalui media internet.

Dengan adanya kebutuhan internet, khususnya dalam hal ini anak dan remaja, menjadi memiliki peralatan yang memfasilitasinya, seperti ponsel dan laptop.

Kebutuhan penggunaan internet untuk sekolah dan juga bermain serta bersosialisasi menjadi peluang berisiko munculnya problematic internet use khususnya pada pengguna di usia anak dan remaja.

Dalam tahapan perkembangannya, masih adanya keterbatasan dalam kemampuan anak dan remaja dalam mengendalikan perilakunya.

Perilaku cenderung akan berulang bila memberikan dampak yang menyenangkan, seperti misalkan bermain game online dan mendapatkan hasil poin yang meningkat atau bersosialisasi melalui media sosial, memberikan keuntungan semakin eratnya pergaulan dan informasi yang dapat secara interaktif dibagikan.

Maka tidak heran bila di masa pendemi Covid-19, pada usia anak dan remaja kasus problematic internet use mulai bermunculan.

Kondisi problematic internet use pada anak dan remaja umumnya menampilkan sikap yang cenderung menghindar dan menarik diri dari kegiatan sehari-hari khususnya dalam berinteraksi dengan anggota keluarga di rumah.

Anak dan remaja dengan problematic internet use juga menunjukkan sikap yang agresif bila dilarang dalam menggunakan internet.

Mereka menjadi selalu gelisah bila tidak menggunakan internet, rendahnya regulasi suasana hati, lebih memilih dan terampil interaksi sosial secara online daripada interaksi tatap muka, adanya pemikiran yang terpaku pada kegiatan yang dilakukan di internet serta mendorong perilaku kompulsif untuk memenuhi keterpakuan pikirannya, dan tentunya menghasilkan sikap yang negative dalam kehidupan sehari-harinya.

Pada anak dan remaja yang masih belum cukup terampil dalam melakukan regulasi terhadap dirinya, tentunya masih sangat membutuhkan peran orangtua dalam keluarga.

Fungsi dari orangtua di dalam keluarga sangatlah berperan dalam membantu anak dan remaja untuk mengetahui, memilah, dan mengambil keputusan mengenai hal mana yang penting atau tidak dalam berperilaku.

Sayangnya, di masa pandemi Covid-19 yang baru lalu itu juga memberikan tugas lebih kepada orangtua yang bekerja dari rumah dan sekaligus mengawasi anak belajar dari rumah juga.

Dalam kondisi yang penuh ketidakjelasan, fungsi dari orangtua di dalam keluarga juga menjadi potensi risiko adanya pengabaian terhadap anak atau malahan pengawasan yang berlebihan terhadap anak di rumah.

Fungsi orangtua di dalam keluarga sangat penting untuk diperhatikan dalam menjadikan keluarga sebagai wadah bertumbuh dan berkembangnya kondisi psikologis yang baik bagi anak dan seluruh anggota keluarga.

Terdapat tiga elemen penting yang perlu menjadi perhatian agar dapat berfungsinya sebuah keluarga yakni:

  • Adanya komunikasi yang timbal balik antar anggota keluarga.
  • Adanya kohesi atau kelekatan yang sesuai dengan kebutuhan pada tahap perkembangan psikologis masing-masing anggota keluarga.
  • Adanya fleksibilitas dalam penegakkan aturan di dalam keluarga termasuk dalam hal penentuan peran dari masing-masing anggota keluarga.

Pada masa pandemi Covid-19, dengan banyaknya ketidakjelasan dan kepastian dalam penyesuaian terhadap keadaan menjadikan keluarga berfungsi dengan tidak seimbang antar elemennya.

Komunikasi, kohesi, dan fleksibilitas yang tidak berjalan dengan seimbang menjadi celah terjadinya problematic internet use pada anak dan remaja di dalam sebuah keluarga.

Pengawasan yang kurang dari orangtua dan adanya peralatan dan media internet, komunikasi yang tidak berjalan dengan timbal balik dan bahkan lebih bersifat satu arah, serta waktu kebersamaan yang tergantikan dengan masing-masing anggota keluarga disibukkan dengan gadget di tangannya.

Hal-hal ini merupakan potensi yang dapat memunculkan problematic internet use, khususnya pada anak dan remaja.

Memahami pentingnya peran keluarga bagi kondisi anak dan remaja di tengah masa tingginya penggunaan internet agar tidak terjerumus pada problematic internet use, maka peran orangtua menjadi isu sentral.

Khususnya peran orangtua dalam menegakkan kembali fungsi keluarga sebagai wadah bertumbuh dan berkembangnya kondisi psikologis yang baik, menciptakan kesejahteraan psikologis bagi setiap anggota keluarganya.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/18/111810671/peran-keluarga-dalam-tangkal-masalah-internet-use-pada-anak-dan-remaja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke