Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Perjuangan Guru Muslikin, Butuh Waktu 2 Jam Mengajar ke Sekolah

KOMPAS.com - Muslikin, Kepala SMPN 2 Gunung Bayan, Kecamatan Muara Pahu, Kabupaten Kutai Barat (Kubar) butuh dua jam lebih menempuh perjalanan menggunakan motor trail dari rumah ke sekolah. Itu pun jika kondisi cuaca bersahabat.

Jika tidak bersahabat, butuh hampir tiga jam melalui jalan tanah yang licin.

Bahkan, seringkali dirinya meninggalkan motor di tengah jalan dan menumpang kendaraan proyek jika medan tidak bisa dilalui.

Namun, walaupun harus bangun jam 4 subuh setiap hari, Muslikin tetap bahagia menjalani kesehariannya.

Motivasinya sederhana, karena dia ingin melihat kualitas pendidikan di SMPN 2 Gunung Bayan meningkat.

"Saya tahu kualitas pendidikan di sini. Dengan niat itu saya ingin mengubah kondisi ini," ucap dia dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (6/9/2022).

Lulusan pascasarjana Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman ini memastikan akan terus berupaya melakukan perubahan sekecil apapun untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kubar.

"Oleh karena itu pada tahun 2020 saya memberanikan diri mendaftar sebagai fasilitator Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Tanoto Foundation. Menurut saya ini adalah langkah awal untuk melakukan perubahan," ucap dia.

Muslikin bercerita, saat ingin bergabung sebagai fasilitator MBS, dirinya sempat ditanya soal komitmen.

"Waktu tes pertama sudah ditanya juga, bagaimana menjaga komitmen karena rumah jauh dari sekolah. Pulang pergi ke sekolah bisa lima jam. Belum lagi jika ada urusan di kantor dinas pendidikan," ungkap dia.

Informasi tentang Tanoto Foundation sendiri didapatnya dari rekan-rekannya di Kutai Kartanegara. Setelah mencari tahu tentang visi misi serta program-program pelatihan Tanoto Foundation, Muslikin tertarik untuk bergabung.

"Bak gayung bersambut, setelah itu saya mendengar ada kerja sama antara Tanoto Foundation dengan Pemerintah Kabupaten Kubar. Saya pun antusias mendaftar, walaupun sekolah saya bukan sekolah mitra," jelas pria yang sudah terjun ke dunia pendidikan sejak lulus CPNS di tahun 1999.

Berbagai ilmu yang didapat saat jadi fasilitator diterapkannya dalam aktivitasnya sebagai kepala sekolah, salah satunya di bidang IT atau digital.

"Di awal saya menjabat kepala SMPN 2 Gunung Bayan ini, dunia digital hampir tidak pernah disentuh sekolah. Alasannya, selain karena akses ke sekolah jauh, juga keterbatasan jaringan internet," ungkap dia.

Namun, seiring berjalannya waktu, dengan pengetahuan yang didapatkan saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan, dirinya bisa meningkatkan kemampuan digital siswa walaupun jaringan sampai sekarang belum masuk ke wilayah sekolahnya.

"Walaupun ada keterbatasan jaringan internet di sekolah, namun berbekal pelatihan dan pengetahuan yang diberikan, termasuk oleh Tanoto Foundation, saya jadi mengerti tentang teknologi, termasuk pengetahuan akan internet dan intranet. Akhirnya saya menggunakannya di sekolah saya," tuturnya.

Selain itu, lanjut Muslikin, dirinya juga secara rutin mengunduh video-video pembelajaran dari rumahnya yang sudah terjangkau internet kemudian ditayangkan di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran.

Berbekal kemauan tersebut, Muslikin mulai mengarahkan SMPN 2 Gunung Bayan ke pembelajaran digital.

"Diusahakan belajar lewat digital. Walaupun jaringan internet hampir tidak ada namun kami terus berupaya," ungkap dia.

Perjuangannya melakukan perubahan mulai membuahkan hasil manis. Pada tahun 2020 SMPN 2 Gunung Bayan sudah menggunakan iSpring untuk ujian.

iSpring sendiri adalah sebuah aplikasi yang membantu dalam membangun presentasi atau e-learning interaktif dengan dukungan beragam fitur, termasuk kuis, interaksi, karakter, simulasi, rekaman layar, video YouTube dan halaman web.

Tak hanya itu, digitalisasi sekolah terus ditingkatkan, termasuk dengan perintisan perpustakaan digital di tahun 2022 ini.

Selain itu, kemajuan juga dirasakan dari sisi minat belajar anak. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, dia mengenalkan metode pembelajaran yang baru kepada guru-guru.

Salah satunya konsep MIKiR atau Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi.

"Saya sering menyerap konsep-konsep pembelajaran yang diajarkan saat pelatihan dan membagikan ke guru-guru. Hasilnya sungguh positif. Motivasi guru meningkat dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Walaupun tidak bisa dinilai secara kognitif, tapi saya bisa melihat ada peningkatan minat belajar anak," ucap dia.

Sekolah di pelosok harus tetap memiliki kualitas pendidikan yang tinggi

Salah satu guru di SMPN 2 Gunung Bayan, Isna Raudhah membenarkan hal ini.

Guru mata pelajaran Bahasa Inggris ini menambahkan, ilmu pembelajaran digital yang dibagikan melalui kepala sekolah, ditambah fasilitas dari pemerintah menjadi sangat berguna untuk membuat sekolah lebih maju di bidang digital.

"Pembelajaran dengan komputer dimanfaatkan pihak sekolah, salah satunya dengan melakukan ujian memakai aplikasi iSpring," ungkap Isna.

Dia mengaku, pembelajaran menggunakan komputer sebagai salah satu sumber belajar yang membuat siswa semakin semangat dalam belajar.

Selain itu, beberapa konsep pembelajaran seperti MIKir sangat berguna untuk memotivasi siswa belajar.

"Kepala sekolah sebagai fasilitator juga menambah motivasi tersendiri buat guru-guru dalam mengajar. Dengan semangat baru dan inovasi-inovasi baru," sebut dia.

Sekolah yang mulai menggunakan teknologi digital serta konsep-konsep pembelajaran yang variatif membuat Muslikin optimis kualitas pendidikan di SMPN 2 Gunung Bayan bisa pelan-pelan meningkat.

Dia pun berharap, terbukanya informasi dan fasilitas untuk guru berlatih, bisa membawa sekolah menjadi lebih baik.

"Walaupun sekolah berada di daerah, di pelosok, tapi kami berharap agar kualitas pendidikan tidak kalah dengan yang ada di kota besar," tukas Muslikin.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/06/094918871/cerita-perjuangan-guru-muslikin-butuh-waktu-2-jam-mengajar-ke-sekolah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke