Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dokter UI: Hepatitis Akut pada Anak Bukan karena Vaksin Covid-19

KOMPAS.com - Penyakit hepatitis akut yang menimpa anak-anak jadi perhatian di Indonesia. Peristiwa ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga di beberapa negara lainnya.

Kementerian Kesehatan RI sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab pasti penyakit ini.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK Universitas Indonesia (UI) Prof. Hanifah Oswari mengatakan, saat ini belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut pada anak yang terjadi di Indonesia.

Namun dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dan lain-lain. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.

Tindakan pencegahan hepatitis akut pada anak

Untuk mencegah risiko infeksi, Prof. Hanifah menyarankan agar orangtua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan.

Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah saluran pencernaan terserang virus, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan para orangtua, yakni:

1. Menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun.

2. Memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang.

3. Tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain.

4. Menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak tetap sehat.

Selain itu, untuk mencegah penularan hepatitis akut melalui saluran pernafasan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas.

Kementerian Kesehatan membantah adanya kaitan antara vaksinasi Covid-19 dengan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak.

"Kejadian ini dihubungkan dengan vaksin Covid-19 itu tidak benar. Karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi Covid-19," ungkap Prof. Hanifah.

Lebih lanjut Prof. Hanifah menyampaikan, sampai saat ini juga belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan penyakit hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dengan virus Covid-19. Melainkan adanya kejadian yang koinsiden (bersamaan).

Orangtua harus paham gejala awal hepatitis akut pada anak

Dia menambahkan, upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan hepatitis akut adalah pemahaman orangtua terhadap gejala awal penyakit ini.

Prof. Hanifah menyebutkan, secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan.

Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat.

"Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orangtua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal," imbuhnya.

Ia meminta para orangtua jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil.

"Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk menolong lebih cepat. Apalagi kalau sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil," beber Prof. Hanifah.

Kemenkes telah menunjuk beberapa rumah sakit seperti Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UI sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/05/10/153253271/dokter-ui-hepatitis-akut-pada-anak-bukan-karena-vaksin-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke