Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Bolos dan Balap Liar, tapi Usaha Ini Buat Esa Masuk Teknik ITB

KOMPAS.com - Saat duduk di bangku SMA, Esa Trisaputra merasa kalau belajar adalah kegiatan yang membosankan.

Ia mengaku sering bolos kelas, bolos upacara, ketahuan merokok di kamar mandi oleh guru, bahkan ikutan balap liar. Sampai-sampai ia pernah mendapatkan peringkat kedua terakhir di sekolah untuk jurusan IPA.

Sampai-sampai 80 persen guru di SMA sempat meremehkan dirinya bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Bahkan, di-bully oleh keluarga dan orangtua karena nakal dan suka balap liar.

"Sampai sindiran masuk ITB lewat jalur belakang," cerita Esa seperti dirangkum dari laman Zenius Education, Kamis (29/7/2021).

Perjuangan yang membuat Esa masuk ITB

Buka tanpa usaha bila Esa berhasil masuk di Jurusan Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB).

Meski ia mengaku, saat duduk di bangku SMA, ia tak menemukan gairah untuk belajar dan merasa kalau belajar adalah hal yang membosankan.

"Ada hal yang bikin saya ngerasa kok belajar ngebosenin ya," ungkapnya.

Tak menemukan semangat untuk belajar, membuatnya bergaul dengan teman-teman yang senang "nongkrong" dan suka balapan liar.

"Sampai pas SMA, jadi salah satu anak yang sering banget dipanggil guru BP karena sering bolos kelas, bolos upacara, sampai perah ketahuan merokok di kamar mandi juga," imbuh Esa.

Tak suka belajar dan sering "nongkrong" serta balap liar, membuat Esa jadi siswa dengan peringkat terbawah dari seluruh anak IPA di sekolah saat kelas 2 SMA.

Mendekati Ujian Nasional (UN), bukannya belajar Esa justru menjadi koordinator kunci jawaban UN di sekolah.

"Belajar buat UN seminggu karena walaupun sudah punya kunci jawaban, saya tetap takut itu bakalan salah," tuturnya.

Meski sudah berusaha belajar, namun Esa masih sulit mengerti pelajaran dan akhirnya merasa bosan belajar. Hingga ia mendengarkan pemaparan Chief Education Officer Zenius, Sabda PS melalui sebuah CD milik teman.

"Cara ngajar bang Sabda bisa se-friendly itu. Dari situ saya merasa belajar ternyata bisa se-asyik itu," terangnya.

Menemukan "mentor" yang tepat sekaligus pembelajaran yang menyenangkan, membuat Esa memiliki semangat untuk belajar demi SBMPTN, namun tidak lolos karena nilainya di bawah passing grade.

Esa pun memutuskan untuk menunda kuliah selama setahun (gap year) demi mengejar kampus impiannya, yaitu ITB, dan melanjutkan pembelajaran melalui Zenius.

Selama setahun tersebut, ia merasa tercerahkan karena belajar terasa lebih menyenangkan.

"Belajar fisika jadi seru, matematika jadi nagih ngerjain soal. Saya merasa ter-challenge sama bang Sabda yang juga bocah main, suka nongkrong juga tapi jago banget matematikanya. Semenjak saat itu, tujuan saya bukan cuma ingin masuk ITB tapi juga ingin jadi guru," ungkap Esa.

"Saya ingin ajak anak-anak yang rebel, bandel, kalau belajar itu bisa seru! Main boleh, belajar tetap jalan. Pengen ngajak anak-anak yang suka duduk paling belakang, terus tidur pas kelas, nongkrong sambil debat-debat dikit soal pecahan matematika atau yang lainnya," imbuh dia.

Kini, Esa merasa hidup menjadi lebih mudah karena merasa sudah bisa lebih "mikir" ketimbang dirinya yang dulu.

Esa pun berhasil membuktikan kepada orang-orang yang pernah meremehkannya, bahwa ia bisa menggapai kampus impiannya, FTMD ITB.

"Dari kejadian 13 tahun lalu saya banyak belajar, tercerahkan setelah ketemu bang Sabda di CD Zenius yang legend itu. Kalau saya bisa jadi orang yang punya manfaat buat orang lain," pungkasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/07/29/154243671/sering-bolos-dan-balap-liar-tapi-usaha-ini-buat-esa-masuk-teknik-itb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke