Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jelang Kesiapan New Normal, Ini Pembelajaran dari IPB University

KOMPAS.com - Dunia pendidikan tak lepas dari dampak wabah pandemi Covid-19. Perguruan tinggi siap tak siap dipaksa untuk beradaptasi untuk belajar secara daring.

Dampak dan pembelajaran terkait kegiatan perkuliahan di masa pandemi Covid-19 turut dirasakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) University.

Rektor IPB University, Prof. Arif Satria ada sejumlah pembelajaran untuk mendesain rencana pembukaan kampus pasca Covid-19 di era New Normal.

Menurutnya, data dan fakta harus digunakan termasuk pertimbangan bio-risiko sebagai panduan untuk implementasinya.

“Ada beberapa pembelajaran penting yang kami peroleh selama menangani pandemi COVID-19 ini. Yakni pentingnya penguatan infrastruktur digital/IT yang mencakup aspek teknologi digital terkini serta platform pembelajaran online," kata Prof. Arif dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Kemudian pembelajaran lainnya adalah mendorong perubahan pola fikir positif pada kehidupan sehari-hari bagi sivitas akademika. Perubahan sikap dan cara berpikir sivitas akademika menuju normal baru ini diperlukan.

"Terbangunnya kesadaran manajemen risiko dalam menghadapi krisis ini. Menjaga hubungan internasional yang sudah terbangun mencakup aspek mobilitas internasional dan implementasi kemitraan perguruan tinggi," lanjut Prof. Arif.

Pembelajaran lainnya adalah arah baru pendidikan yang mencakup penguatan skill untuk belajar mandiri/independen serta penguatan modal sosial di lingkungan perguruan tinggi.

Kemudian, Prof. Arif menekankan pentingnya arah baru agenda riset dan pengabdian masyarakat.

Ia menekankan kampus perlu memiliki kecepatan terkait pengambilan keputusan dalam menghadapi implikasi COVID-19 terhadap pendidikan.

Keputusan bisa terkait tentang implikasi sistem pembelajaran, termasuk mahasiswa yang memiliki keragaman akses serta keragaman adaptasi dosen dalam kuliah daring, maupun implikasi riset dan inovasi.

"Seperti diketahui, pandemi COVID-19 juga berdampak pada kondisi sosial ekonomi orang tua mahasiswa sehingga perlu insentif khusus untuk kelompok terdampak," ujarnya.

Prof. Arif juga menyebutkan perlunya kecepatan adaptasi dosen terhadap sistem daring, sehingga perlu dipersiapkan peningkatan kapasitas dosen dalam membuat kuliah daring yang menarik.

"Begitu pula perlu langkah cepat untuk menyiapkan infrastruktur yang sesuai dengan protokol kesehatan,” ujarnya.

Prof Arif menekankan bahwa strategi mengatasi COVID-19 harus berbasis pada pemetaan masalah yang tepat. Strategi ini harus terkait strategi jangka panjang.

Ia memberikan contoh dalam jangka pendek IPB University membentuk Tim Crisis Center COVID-19 sebagai pra-syarat tanggap darurat. IPB University membagi menjadi lima fase aksi dalam tanggap.

"Yaitu Fase Membangun Kesadaran dan Kewaspadaan Kolektif (29 Februari-11 Maret), Fase Antisipasi dan Penapisan Masalah (11 Maret-sekarang), Fase Penanganan dan Pengendalian Masalah (17 Maret-sekarang), Fase Pengembangan Solusi (22 Maret-sekarang) and Fase Pemulihan (sesuai dengan kondisi)," tambahnya.

Prof. Arif memberikan paparan “Tantangan Pendidikan Tinggi Menghadapi COVID-19” pada Dialog Internasional yang diselenggarakan secara virtual oleh Kasetsart University, Thailand, (1/6).

Dalam kesempatan ini, Prof Arif menyampaikan pesan-pesan kunci (key messages) berdasarkan pembelajaran yang diperoleh IPB University dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 130 peserta terdaftar dari mitra universitas di Asia dan Eropa. Pada Dialog Internasional ini Prof Arif diminta secara khusus untuk memberikan paparan tentang pentingnya kepemimpinan (leadership) perguruan tinggi dalam menghadapi COVID-19.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/06/02/194048771/jelang-kesiapan-new-normal-ini-pembelajaran-dari-ipb-university

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke