Pada November 1995, Rabin menghadiri aksi damai di Tel Aviv, yang diadakan untuk menggalang dukungan bagi perjanjian Israel-PLO. Aksi damai tersebut berakhir dengan tragedi ketika Rabin dibunuh oleh seorang ekstremis Zionis.
Dilansir The New Yorker, pada minggu-minggu menjelang pembunuhan Rabin, tiga rabi ekstremis dari Tepi Barat mengeluarkan pendapat tertulis bahwa membunuh Rabin dapat diterima, dengan alasan bahwa ia telah mengkhianati orang-orang Yahudi.
Para rabi mendasarkan pembenaran mereka pada konsep din rodef, istilah Ibrani untuk menggambarkan seseorang yang mengintai orang tidak berdaya. Membunuh rodef dikatakan sah dan wajib dilakukan untuk menyelamatkan korban yang dituju.
Pada hari kematiannya, Rabin mempertimbangkan untuk tinggal di rumah dan tidak menghadiri aksi damai karena takut dipermalukan jika hanya sedikit orang yang datang.
Namun, massa yang berkumpul di Kings of Israel Square di Tel Aviv, melebihi bayangannya. Jumlah orang yang datang mencapai lebih dari seratus ribu.
Pada waktu itu, kekhawatiran terbesar di kalangan aparat keamanan terkait gangguan terhadap aksi damai adalah pelaku bom bunuh diri dari Palestina.
Namun, kenyataan berkata lain, Rabin ditembak dua kali oleh seorang Yahudi Israel, Yigal Amir.
Saat ditahan, Amir juga tak menunjukkan rasa bersalah. Bahkan, ia meminta segelas schnapps (minuman alkohol) kepada polisi untuk bersulang atas kematian sang Perdana Menteri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.