Pondok Pesantren Al Zaytun masih menjadi sasaran sebaran hoaks di media sosial.
Belakangan, ditemukan narasi yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) memecat lima menterinya karena bersekongkol dengan pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang.
Sama seperti sebaran video hoaks pada umumnya, Kompas.com menemukan bahwa judul yang dipakai dalam video tidak sesuai dengan isinya.
Thumbnail foto bersumber dari foto pelantikan sebelas jaksa penuntut umum dan kepala bagian perbendaharaan di Gedung Merah Putih KPK, pada 2021.
Sementara narator membacakan artikel dari media daring soal doa sosok yang dianggap membela Ponpe Al Zaytun.
Video yang dipakai pun berasal dari klip siaran pernyataan pengamat militer, pertahanan, dan keamanan Connie Rahakundini Bakrie yang dituding sebagai pembela ponpes.
Tidak ada informasi dalam video yang membuktikan bahwa Jokowi memecat lima menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Video tabung raksasa berwarna hitam dengan pipa-pipa menempel di ujungnya disebut sebagai senjata nuklir Satan 2 milik Rusia.
Senjata nuklir itu disebut akan menyasar seluruh satelit luar angkasa.
Setelah ditelusuri Kompas.com, benda dalam video bukanlah senjata nuklir melainkan reaktor hydrocracking seberat 3.000 ton yang berlokasi di kilang Dangote di Lagos, Nigeria.
Reaktor hydrocracking digunakan untuk mengolah bahan bakar seperti LPG, bensin, kerosin, diesel, dan pelumas pada industri minyak bumi. Bukan untuk meledakkan satelit.
Rusia memang memiliki senjata nuklir taktis, tetapi efek serangannya hanya di area terbatas. Senjata itu akan aktif apabila Rusia terancam.
Sejauh ini, Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Menteri Luar Negeri Antony Blinken, meyakini belum ada indikasi Rusia menggunakan senjata nuklir.
Tersiar informasi soal modus perampokan melalui pembagian gantungan kunci warna-warni di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Global positioning system atau GPS diklaim telah terpasang pada gantungan kunci tersebut, sehingga dapat melacak lokasi rumah korban.
Informasi semacam itu telah beredar setidaknya sejak 2008 di Afrika Selatan. Sebaran hoaks di media sosial menggunakan gambar kotak bening dan terdapat tulisan Power Diesel Caltex.
Namun perusahaan Caltex segera membantah klaim tersebut. Gantungan kunci yang mereka produksi dijamin aman dan tidak dimaksudkan sebagai upaya tindak kejahatan.
Gantungan kunci yang dimaksud terhubung secara nirkabel dengan gawai sehingga membantu pengguna menemukan kunci yang hilang.
Polisi Afrika Selatan juga telah membantah adanya modus perampokan dengan gantungan kunci disertai GPS.
Penelusuran fakta selengkapnya dapat dibaca di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.