Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robert Oppenheimer, Ilmuwan yang Disingkirkan karena Peringatkan Bahaya Bom Atom

Kompas.com - 18/07/2023, 13:01 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

Fisikawan Edward Teller telah lama menganjurkan program kilat untuk merancang senjata semacam itu, lalu mengatakan dalam sidang tahun 1954 bahwa dia tidak memercayai penilaian Robert.

"Saya secara pribadi akan merasa lebih aman, jika urusan publik berada di tangan orang lain," ujarnya dalam sidang.

Meski tidak ada bukti yang terungkap yang mendukung tuduhan mata-mata, tetapi dewan menilai bahwa pandangan awal Robert tentang bom hidrogen berdampak buruk pada perekrutan ilmuwan dan kemajuan upaya ilmiah.

Tahun berikutnya, sidang keamanan menyatakan dia tidak bersalah atas pengkhianatan tetapi memutuskan bahwa Robert tidak boleh memiliki akses ke rahasia militer. Akibatnya, ia dipecat sebagai Penasihat Komisi Energi Atom AS.

Federasi Ilmuwan Amerika angkat suara dan membela Robert dengan memprotes persidangan tersebut. Namun keputusan tidak berubah.

Robert sempat mendapat penghargaan Enrico Fermi dari Komisi Energi Atom, di bawah pemerintahan Presiden Lyndon B Johnson pada 1963.

Robert pensiun dari Institute for Advanced Study pada 1966 dan meninggal karena kanker tenggorokan setahun berikutnya.

Baca juga: 4 Penemu yang Menyesali Temuannya, dari AK-47 sampai Bom Atom

Pada 2014, 60 tahun setelah persidangan yang secara efektif mengakhiri karier Oppenheimer, Departemen Energi AS merilis transkrip lengkap sidang yang tidak diklasifikasikan.

Pada 2022, Departemen Energi secara resmi membatalkan pencabutan izin keamanan Oppenheimer.

Sekretaris Energi Jennifer Granholm mengeklaim, bias dan ketidakadilan dari proses yang cacat telah menyebabkan pengasingan Robert dari pengembangan nuklir.

Transkrip lengkap sidang menunjukkan, penentangan Robert terhadap proyek bom hidrogen didasarkan pada alasan teknis dan militer, bukan pro-Soviet.

Peringatan Oppenheimer

Bahaya bom nuklir mungkin telah berlalu, tetapi ancaman perang dan terorisme masih ada.

Sebagai "Bapak Bom Atom", Robert menyadari bahaya besar di balik senjata yang ia buat. Ia berusaha memperingatkan dampak buruknya, tetapi gagal mencegah penjatuhan bom.

Dalam sebuah sidang senat tertutup pada 1946, Robert diberi pertanyaan pengandaian:

"Apakah tiga atau empat orang tidak dapat menyelundupkan unit bom (atom) ke New York dan meledakkan seluruh kota?"

"Tentu saja itu bisa dilakukan, dan orang bisa menghancurkan New York," jawabnya tegas.

"Alat apa yang akan Anda gunakan untuk mendeteksi bom atom yang tersembunyi di suatu tempat di kota?" pertanyaan lanjutan dari seorang senator yang terkejut.

"Obeng," sindir Robert. Obeng untuk membuka setiap peti atau koper dari orang-orang yang meninggal.

Baca juga: Mengenal Fisikawan J. Robert Oppenheimer, Sang Bapak Bom Atom

Robert menyadari, satu-satunya pertahanan melawan terorisme nuklir adalah penghapusan senjata nuklir.

Robert sempat mengusulkan adanya kontrol internasional atas energi atom, yang kemudian dikenal sebagai Laporan Acheson-Lilienthal.

Namun peringatan Robert diabaikan dan akhirnya, dia dibungkam.

Belakangan, sosok Robert Oppenheimer kembali diperbincangkan lantaran sutradara Christopher Nolan mengangkat kisahnya ke layar lebar.

Film berjudul Oppenheimer akan tayang pada 19 Juli 2023 mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pilot Helikopter Presiden Iran adalah Agen Mossad Bernama Eli Koptar

[HOAKS] Pilot Helikopter Presiden Iran adalah Agen Mossad Bernama Eli Koptar

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Mengamuk Usai Sri Mulyani Beberkan Kasus Korupsinya

[HOAKS] Prabowo Mengamuk Usai Sri Mulyani Beberkan Kasus Korupsinya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Puing Pesawat Latih, Bukan Helikopter Presiden Iran

[KLARIFIKASI] Foto Puing Pesawat Latih, Bukan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Vaksinasi Booster Covid-19 Runtuhkan Kekebalan Tubuh

INFOGRAFIK: Hoaks Vaksinasi Booster Covid-19 Runtuhkan Kekebalan Tubuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Harrison Ford Pimpin Demo Kemerdekaan Palestina

[HOAKS] Harrison Ford Pimpin Demo Kemerdekaan Palestina

Hoaks atau Fakta
Rekor dan Pencapaian Manchester City, Jawara Premier League...

Rekor dan Pencapaian Manchester City, Jawara Premier League...

Data dan Fakta
Disinformasi, Bill Gates Ciptakan Pasar untuk Vaksin Flu Burung

Disinformasi, Bill Gates Ciptakan Pasar untuk Vaksin Flu Burung

Hoaks atau Fakta
Hoaks soal Konflik Israel-Palestina, dari Kehadiran Rusia sampai Video Rekayasa

Hoaks soal Konflik Israel-Palestina, dari Kehadiran Rusia sampai Video Rekayasa

Hoaks atau Fakta
Fakta Seputar Kecelakaan Helikopter yang Tewaskan Presiden Iran

Fakta Seputar Kecelakaan Helikopter yang Tewaskan Presiden Iran

Data dan Fakta
[HOAKS] 25 Orang Tewas Saat Pesta Pernikahan di China

[HOAKS] 25 Orang Tewas Saat Pesta Pernikahan di China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bantuan Dana Rp 250 Juta Mengatasnamakan Kerajaan Arab Saudi

[HOAKS] Bantuan Dana Rp 250 Juta Mengatasnamakan Kerajaan Arab Saudi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Kenaikan Tarif Listrik mulai 1 Mei 2024

[HOAKS] Kenaikan Tarif Listrik mulai 1 Mei 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com