KOMPAS.com - Di media sosial, semakin banyak hoaks yang membahas soal pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Ada pula hoaks soal bantuan dana dari BPJS Ketenagakerjaan, anggota DPR yang mundur, sampai label produk yang diklaim mengandung serangga.
Sementara, cuaca panas yang belakangan melanda sejumlah daerah di Indonesia keliru diklaim sebagai gelombang panas.
Berikut penelusuran fakta dari hoaks yang beredar sepanjang pekan ini.
Tersiar video kebocoran data Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dikaitkan dengan hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com, kebocoran data yang ditampilkan tidak ada kaitannya dengan hasil Pilpres 2024.
Kebocoran data itu dilakukan oleh peretas dengan nama samaran Bjorka.
Kebocoran data itu meliputi nama lengkap dan nomor ID provinsi, kota, kecamatan, serta nomor tempat pemungutan suara (TPS).
Ketua KPU Hasyim Asy'ari menegaskan, data hasil penghitungan suara Pemilu 2024 belum ada.
Imbauan persiapan menghadapi gelombang panas beredar melalui pesan berantai dan Facebook.
Pesan itu memperingatkan agar masyarakat tidak minum air dingin ketika cuaca mencapai 40 derajat celcius karena dapat membuat pembuluh darah kecil pecah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa Indonesia tidak dilanda gelombang panas.
Suhu maksimum harian rata-rata di Indonesia tercatat 37,2 derajat celcius, tidak sampai 40 derajat Celcius.
Suhu yang meningkat beberapa hari belakangan diakibatkan gerak semu Matahari, yang merupakan siklus tahunan biasa.
Sementara itu, dari sudut pandang medis, efek gelombang panas pada pesan berantai itu tidak benar.