Drajat menjelaskan, ketidakpastian ekonomi usai pandemi Covid-19, juga bisa membuat orang kehilangan rasionalitasnya.
Di tengah sulitnya ekonomi yang dihadapi, beberapa orang memilih jalur instan dengan pergi ke dukun pengganda uang, supaya bisa memperoleh keuntungan secara ekonomi.
Meskipun, modus penipuan berkedok penggandaan uang telah banyak memakan korban.
Drajat menuturkan, kelas ekonomi maupun pendidikan tidak menjamin seseorang terhindar dari bujuk rayu dukun pengganda uang. Sebab, ketika berada di situasi cemas seseorang kadang kala tidak lagi bisa berpikir secara jernih.
"Bagi beberapa orang, ketika dalam situasi cemas dan terdesak akan mencari jalan lain yang mereka sebut sebagai jalan pintas untuk mendapatkan kinerja ekonomi yang maksimal. Nah di Indonesia sangat terkenal yang namanya pesugihan, menggunakan berbagai kekuatan supranatural untuk mendapatkan prestasi ekonomi," ujar Drajat.
Dalam sejumlah kasus penipuan berkedok penggadaan uang, kebanyakan korbannya berasal dari luar wilayah, seperti halnya korban dukun Slamet yang berasal dari luar Banjarnegara.
Promosi di media sosial menjadi salah satu cara efektif untuk menjaring korban. Testimoni tentang keberhasilan penggadaan uang pun ditampilkan untuk meyakinkan korbannya.
Menurut Drajat, tidak adanya kontrol dari pemerintah maupun pengelola media sosial terkait praktik dukun pengganda uang membuat mereka semakin leluasa menjaring korban di dunia maya. Padahal, praktik demikian berpotensi menimbulkan penipuan.
"Banyak sekali di media sosial informasi terkait perdukunan mulai dari dukun kecantikan, susuk, hingga penggandaan uang. Dan tidak ada kontrol. Padahal hal itu merupakan ganguan rasionalitas dan bisa menjadi penipuan," ujarnya.
Baca juga: Interaksi Akun Penyebar Misinformasi di Twitter Meningkat 44 persen
Bermodalkan keyakinan lewat iklan di media sosial maupun cerita dari mulut ke mulut, para korban menyerahkan sejumlah uang untuk digandakan.
Bujuk rayu dari dukun penggada uang membuat korban tidak lagi berpikir jauh untuk mencari tahu latar belakang orang yang baru dikenalnya itu.