Dalam sejumlah kasus, orang di dekat tempat tinggal dukun pengganda uang justru tidak mengetahui praktik demikian. Bahkan dalam kasus dukun Slamet, sang istri justru tidak tahu bahwa suaminya adalah dukun pengganda uang.
"Orang-orang di sekitar dia (dukun) karena sudah kenal dan tahu, maka pemujaan dia tidak terlalu tinggi. Misal saya kenal seseorang secara dekat, kemudian dia mengatakan bisa mengadakan uang, ya jadi bahan bercandaan," kata Drajat.
"Tapi kalau orang asing yang tidak kenal dan mendapatkan informasi yang sebegitu penting maka harapan dan pemujaan dia akan tinggi," ujarnya.
Bagi Drajat dengan semakin banyaknya kasus penipuan dukun pengganda uang yang terungkap, seharusnya membuat masyarakat semakin rasional. Tidak ada kekayaan yang bisa didapat secara instan dengan jalur supranatural.
Selain itu, jangan mudah terbujuk dengan penawaran dari orang asing yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan agama.
"Kalau menurut saya ya ikuti agama yang lurus, masing-masing agama itu punya ajaran bahwa rezeki itu dari Tuhan dan diperoleh dengan usaha," ujarnya.
Di samping itu, menurut Drajat, diperlukan kontrol dari pemerintah terkait dengan penipuan dengan modus menggadakan uang.
Terlebih, saat ini sudah merambah di media sosial. Hal itu diperlukan supaya mereka yang berniat melakukan penipuan tidak leluasa dalam menjaring korbannya.
"Yang bisa mengontrol seperti itu kan negara, apakah melalui kebudayaan atau sistem informasi digital. Tidak adanya kontrol membuat mereka akhirnya bebas melakukan aksinya," ujar Drajat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.