KOMPAS.com - Indonesia berada di urutan ke-84 dari 109 negara terkait kebahagiaan, berdasarkan Laporan Kebahagiaan Dunia 2023.
Laporan yang bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu mengukur kebahagiaan dan kesejahteraan warga, kebijakan publik, dan tindakan bisnis di negaranya.
Penilaian yang dilibatkan yakni adanya dukungan sosial, pendapatan, kesehatan, kebebasan, kemurahan hati, dan tidak adanya korupsi di negara tersebut.
Dikutip dari situs World Happiness Report, Finlandia berada di posisi teratas negara paling bahagia, selama enam tahun berturut-turut.
Pada tahun 2023, dari poin 0 sampai 10, Finlandia memiliki skor kebahagiaan 7,804.
Disusul negara lainnya, yakni Denmark, Islandia, Israel, Belanda, Swedia, Norwegia, Swiss, Luksemburg, dan Selandia Baru.
Sementara, Indonesia berada di urutan ke-84 dengan skor 5,277.
Skor itu sama dengan Albania yang berada di urutan ke-83. Sementara, di urutan ke-85 dan ke-86, terdapat Afrika Selatan dan Kongo.
PBB menetapkan 20 Maret sebagai Hari Kebahagiaan Internasional.
Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi 66/281 tertanggal 12 Juli 2012 untuk meresmikan Hari Kebahagiaan Internasional.
Setahun berikutnya, Hari Kebahagiaan Internasional mulai diperingati untuk menandai pentingnya kebahagiaan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia.
Majelis Umum PBB menyerukan pendekatan yang lebih inklusif, adil, dan seimbang seiring pertumbuhan ekonomi dengan mempromosikan kebahagiaan dan kesejahteraan semua orang.
Pada 2015, PBB meluncurkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang menyerukan pentingnya pendekatan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, adil dan seimbang yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, kebahagiaan dan kesejahteraan semua orang.
Tiga tujuan utama itu mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan warga dunia.
Resolusi tersebut diprakarsai oleh Bhutan, sebuah negara yang turut mengukur nilai kebahagiaan nasional atas pendapatan nasional sejak awal 1970-an.
Keberadaan Laporan Kebahagiaan Dunia bukan untuk mematahkan pepatah kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang.
Laporan tersebut mengukur kebahagiaan berdasarkan kondisi material, kekayaan mental dan fisik, kebajikan pribadi, dan kewarganegaraan yang baik.
Fakta dari data yang disajikan membuktikan bahwa kesenjangan membuat warga di suatu negara menjadi tidak bahagia.
Lebih parah lagi mereka yang tinggal di negara yang tengah mengalami konflik militer atau perang dengan negara lain.
Contohnya Afghanistan dan Lebanon yang tengah dilanda perang.
Mereka menjadi dua negara yang posisinya selalu rendah dalam survei, dengan poin rata-rata 5.
Contoh lain, Ukraina yang tengah berkonflik dengan Rusia berada di urutan ke-92.
"Dampak perang terbukti menghancurkan bagi semua orang, jadi kami juga menemukan bahwa kesejahteraan di Ukraina benar-benar terpukul," ujar Jan-Emmanuel De Neve, profesor ekonomi di Universitas Oxford, dikutip dari situs World Happiness Report.
Kendati demikian, angka kebahagiaan Ukraina tidak lebih parah dari serangan di Krimea pada 2014.
De Neve berpendapat, peran negara lain dalam memberi dukungan dan donasi membantu meningkatkan kebahagiaan warga Ukraina.
Hal baiknya, Laporan Kebahagiaan Dunia 2023 menunjukkan, warga dunia mampu bertahan meski dihadapkan pada krisis tumpang tindih.
Seperti diketahui, dunia dilanda pandemi Covid-19 sehingga mengubah berbagai sektor kehidupan.
Kendati demikian Laporan Kebahagiaan Dunia pada 2020 sampai 2023, tidak menurun secara drastis dibanding tahun-tahun sebelum pandemi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.