KOMPAS.com - Dua puluh tujuh tahun lalu, pada 20 Maret 1995, para penumpang subway di Tokyo, Jepang, dikejutkan dengan serangan gas sarin yang mematikan.
Dikutip dari History, gas sarin merupakan zat kimia yang dikembangkan oleh Nazi Jerman dan merupakan salah satu pelumpuh saraf paling mematikan.
Polisi Tokyo melacak para pelaku teror dan menemukan serangan itu dilancarkan oleh sekte Aum Shinrikyo atau "Kebenaran Sejati".
Sekte tersebut memiliki ribuan pengikut di seluruh Jepang. Mereka menjanjikan keselamatan dari hari kiamat dan pemimpinnya yang bernama Shoko Asahara mengaku sebagai Yesus Kristus serta memiliki mukjizat menjelajahi waktu.
Polisi menangkap Asahara pada 16 Mei 1995 di tempat persembunyian di Gunung Fuji. Mereka juga menyita berton-ton bahan pembuat sarin.
Asahara dan pemimpin sekte Aum Shinrikyo lainnya didakwa melakukan pembunuhan. Dia dieksekusi mati pada 6 Juli 2018.
Laporan Public Security Intelligence Agency (PSIA) Jepang menyebutkan, lima pria menaiki kereta bawah tanah Tokyo pada pagi hari 20 Maret 1995.
Mereka naik ke gerbong yang berbeda dan membawa kantong berisi sarin. Kereta yang mereka tumpangi menuju ke Stasiun Tsukiji di pusat kota Tokyo.
Dalam waktu bersamaan, masing-masing teroris menjatuhkan kantong berisi sarin di gerbong mereka dan menusuknya dengan payung, lalu keluar dari gerbong.
Cairan sarin mulai menguap dan menghasilkan asap yang menyebabkan penumpang keracunan.
Kereta melanjutkan perjalanan menuju pusat kota, dengan penumpang yang sakit meninggalkan gerbong di setiap stasiun.
Asap beracun menyebar di setiap perhentian. Banyak orang yang membantu korban keracunan justru ikut terpapar sarin.
Teror pada 20 Maret 1995 itu menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 5.800 orang. Dua karyawan kereta bawah tanah turut menjadi korban tewas saat mencoba membuang kantong sarin yang bocor di Stasiun Kasumigaseki.
Menurut investigasi PSIA, pemimpin sekte Aum Shinrikyo, Shoko Asahara telah memerintahkan pengikutnya untuk meneliti dan mengembangkan sarin yang mematikan pada 1993.
Sejak Januari 1995, media-media Jepang telah melaporkan sejumlah kasus kejahatan yang diduga dilakukan oleh sekte tersebut.