KOMPAS.com - Film dokumenter berjudul Died Suddenly secara keliru mengaitkan sejumlah kasus kematian mendadak dengan efek vaksinasi Covid-19.
Film dengan durasi lebih dari satu jam itu merupakan propaganda antivaksin yang dirilis di media sosial pada 21 November 2022.
Dilansir oleh ABC, Died Suddenly diproduksi dan didistribusikan insan media kontroversial Amerika Serikat (AS), Stew Peters.
Data yang digunakan adalah hasil pencarian informasi di mesin pencari Google dengan kata kunci "died suddenly" yang menampilkan sederet berita kematian mendadak.
Narasi yang disampaikan, berita yang muncul itu merupakan peristiwa yang terjadi tidak lama sebelum film dirilis.
Ditampilkan juga sejumlah klip beberapa orang pingsan di tempat-tempat umum. Hal itu dikaitkan dengan efek dari penyuntikan vaksin Covid-19.
Dalam film itu juga terdapat sejumlah informasi keliru terkait vaksin Covid-19 yang sudah dibantah berbagai pihak.
Secara umum, Died Suddenly menyampaikan klaim bahwa vaksinasi Covid-19 merupakan program depopulasi manusia.
Namun, sejumlah temuan ABC menunjukkan bahwa film dokumenter itu berisi video dan data yang keliru, serta klaimnya merupakan kebohongan belaka.
Berikut hasil penelusurannya:
Sebanyak 22 berita utama yang disajikan film sebagai kejadian baru-baru ini dan disebut hasil pencarian di Google, telah dianalisis.
Sepuluh berita kematian mendadak di antaranya ternyata bukan terkait vaksin. Bahkan kematian atau penutupan sebuah platform game bernama Stadia, juga ditampilkan dalam film tersebut.
Satu berita lainnya, yang mengeklaim bahwa 80 dokter di Kanada meninggal setelah divaksin Covid-19. Padahal informasi itu hoaks dan telah dibantah oleh AAP.
Kemudian sebelas berita sisanya, merupakan kasus meninggal mendadak tanpa diketahui pasti penyebabnya dan hanya diperkirakan dampak masalah jantung, tak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19.
Sejumlah video yang menampilkan orang-orang jatuh di tempat umum diklaim terjadi karena vaksin Covid-19 yang mereka terima.
Ahli Saraf Lembaga Layanan Kesehatan Austin Health, Melbourne, Australia, Saul Mullen, mengatakan, diduga kuat salah satu orang yang roboh dalam video itu mengalami gejala epilepsi.
Dia mengatakan, sebagian besar orang terserang epilepsi akan membaik dalam waktu singkat. Film itu pun tak memberi bukti yang kuat bahwa orang-orang itu roboh karena efek vaksin Covid-19.
Sementara, video perempuan jatuh ke bawah kereta api yang dipakai dalam film itu, sesungguhnya merupakan kecelakaan yang korbannya berhasil selamat, sebagaimana diberitakan Independent.co.uk.
Film juga menyajikan hoaks-hoaks lama yang telah dibantah, di antaranya bahwa pandemi Covid-19 adalah "Great Reset" yang berkaitan dengan Forum Ekonomi Dunia.
Hoaks itu telah dibantah akademisi RMIT University, yang mengatakan bahwa hoaks itu bahkan diusahakan dibawa ke lembaga formal di Australia jelang pemilu 2022.
Hoaks dengan klaim bahwa pendiri Microsoft, Bill Gates, melakukan depopulasi dengan vaksin juga disertakan. Padahal sudah dibantah oleh AAP.
Klaim soal vaksin Covid-19 berpotensi menimbulkan kematian bayi pada ibu hamil juga telah dibantah melalui penelusuran FactCheck.org.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.