Pada 2012 muncul sebuah film yang melihat peristiwa 1965 dengan sudut pandang berbeda. Sudut pandangnya menggali kesaksian dari beberapa algojo yang melakukan pembantaian 1965-1966.
Film itu berjudul The Act of Killing (Jagal), merupakan karya sutradara asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer. Film Jagal mengambil setting tempat di Sumatera Utara.
Joshua Oppenheimer menemui dua sosok yang terlibat pembantaian di Medan, Anwar Congo dan Adi Zulkadry. Keduanya menjadi tokoh utama dalam film itu.
Anwar Congo dan Adi Zulkadry mengungkapkan pengakuan yang cukup mencengangkan terkait pembunuhan 1965-1966. Para algojo mempraktikan bagaimana cara mereka menghabisi orang-orang yang dituduh PKI dalam reka ulang.
Baca juga: [HOAKS] Kader PDI-P Berteriak Aku Butuh PKI
Tokoh Anwar Congo mengaku telah melakukan eksekusi terhadap kurang lebih 1000 orang yang dituduh PKI dan ia merasa bangga atas perbuatan yang dilakukannya.
Film Jagal memberi persepektif baru kepada masyarakat Indonesia dalam melihat peristiwa 1965. Selain itu juga menjadi counter sejarah kepada film Pengkhianatan G30S/PKI yang diproduksi semasa Orde Baru.
Film Jagal pertama diputar pada September 2012 dalam acara Toronto International Film Festival. Sementara, di Indonesia diputar perdana pada 1 November 2012.
Setelah memfilmkan kesaksian para algojo pembantaian 1965-1966 dalam film Jagal, Joshua Oppenheimer melanjutkannya dengan film dokumenter lain yang berfokus pada keluarga korban pembantaian.
Ia merilis film berjudul The Look of Silence (Senyap). Film berdurasi satu jam lebih tersebut cukup menguras emosi penontonnya.
Tokoh utama dalam film itu, Adi Rukun, melakukan perjalanan dari desa ke desa di Sumatera Utara untuk bertemu orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakak laki-lakinya, Ramli.
Baca juga: CEK FAKTA: Video Penganiayaan Guru Tahfiz, Diklaim Ulah Neo-PKI
Sambil berdagang kaca mata, Adi Rukun duduk bersama para orang-orang terlibat dalam pembunuhan kakaknya.
Dalam film disajikan bagaimana gejolak batin seorang Adi Rukun yang menghadapi kemarahan, permusuhan, penyangkalan, dan air mata.