KOMPAS.com - Bom nuklir pertama Amerika Serikat (AS) selesai dibuat pada 1945, yang kemudian dipakai untuk mengalahkan Kekaisaran Jepang dan mengakhiri Perang Dunia II.
Meskipun mengakibatkan kerusakan luar biasa di Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dan tragedi bagi kemanusiaan, produksi senjata nuklir tetap dilanjutkan AS.
Dilansir dari History.com, sebuah pertemuan yang disebut Konferensi Potsdam (17 Juli-2 Agustus 1945), digelar untuk membahas penataan Jerman usai Perang Dunia II dan bagaimana mengakhiri Perang Pasifik melawan Jepang.
Dalam acara itu, Presiden AS Harry S Truman mendapatkan kabar bahwa bom atom yang diproduksi di negaranya telah selesai dan siap pakai, yang membuatnya gembira.
Baca juga: Mengenang Perlawanan Warga Cekoslovakia atas Invasi Uni Soviet pada Agustus 1968...
Truman mengatakannya kepada pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin tentang senjata pemusnah massalnya untuk memperingatkan Uni Soviet dan menahan keinginan perluasan ideologi komunisme di dunia.
Tak disangka Stalin bersikap dingin dan hanya mengatakan bahwa Uni Soviet berharap senjata AS itu bisa digunakan secara efektif untuk menundukkan Jepang di Perang Pasifik.
Truman cukup kecewa karena gertakan senjata pemusnah massal yang dilontarkannya ditanggapi biasa saja oleh Stalin.
Namun, diikutinya juga nasihat Stalin untuk menggunakan bom atom itu terhadap Jepang, di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945.
Senjata-senjata nuklir itu sebelumnya berhasil diuji coba yang dilakukan di situs Trinity, dekat Alamogordo, New Mexico, pada 16 Juli 1945.
Bom atom itu adalah hasil dari Proyek Manhattan dengan anggaran 2 miliar dollar AS, yang disetujui pada Desember 1941 oleh presiden AS sebelumnya, Franklin Roosevelt.
Baca juga: 22 Juli 1987: Negosiasi Alot AS-Uni Soviet Capai Kesepakatan Pengendalian Senjata Nuklir
Sikap dingin Stalin yang biasa saja setelah mendengar AS memiliki bom nuklir membuat Truman curiga Uni Soviet juga mengembangkan senjata pemusnah massal.
AS pun terus mengembangkan bom nuklirnya. Apalagi di masa Perang Dingin setelah Perang Dunia II, Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur yang didominasi Uni Soviet terus beradu teknologi persenjataan.
Dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), bom atom atau bom nuklir adalah perangkat berbentuk rudal yang menggunakan reaksi nuklir untuk menciptakan ledakan.