Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

22 Juli 1987: Negosiasi Alot AS-Uni Soviet Capai Kesepakatan Pengendalian Senjata Nuklir

Kompas.com - 22/07/2022, 19:18 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden pertama sekaligus terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, menjadi salah satu pemimpin negeri Beruang Merah itu yang memperbaiki hubungan dengan Blok Barat.

Dilansir dari History.com, dia mengaku tidak ingin menjalin hubungan yang kontroversial yang dipenuhi sindiran permusuhan dengan Amerika Serikat (AS), terutama di masa akhir Perang Dingin antara Blok Timur dan Barat.

Di sisi lain, Presiden AS Ronald Reagan, merupakan sosok yang dikenal sebagai antikomunis yang gigih, yang memiliki kecurigaan yang tinggi pada Gorbachev.

Minimnya kepercayaan itu sesungguhnya membuat Reagan pesimistis akan tercapai kesepakatan dengan Gorbachev dalam meningkatkan hubungan dua negara.

Baca juga: 14 Juli 1960, Ketika Uni Soviet Pertegas Kerenggangan dengan China karena Visi Komunisme

Namun setelah keduanya bertemu pada November 1985, sikap Gorbachev mulai dipercaya Reagan.

Hingga kemudian, muncul optimisme untuk berbagai kesepakatan, termasuk dalam hal pengendalian senjata.

Pada pertemuan selanjutnya di tahun berikutnya mereka fokus membahasa penanganan rudal nuklir yang telah dikumpulkan kedua negara dari Eropa dan berbagai negara.

Mereka hampir sepakat untuk menyingkiran rudal nuklir dari seluruh daratan Eropa, hingga terganjal satu hal membuat kesepakatan itu mundur atau berhenti.

Ganjalan itu merupakan syarat yang diajukan Gorbachev agar penghapusan rudal itu dilakukan beriringan dengan disetopnya program keamanan AS berupa Strategic Defense Initiative (SDI) atau yang lebih dikenal sebagai Star Wars.

Baca juga: 22 Juli 1933: Wiley Post Tuntaskan Penerbangan Solo Pertama Keliling Dunia

Star Wars merupakan program militer AS yang mengorbitkan satelit dengan senjata laser yang mampu menembak rudal yang diluncurkan musuh. Reagan enggan memenuhi syarat itu.

Selama berhentinya pembahasan kesepakatan, justru muncul situasi saling tuding antara Reagan dan Gorbachev dengan rasa curiga di pihak masing-masing.

Pada 22 Juli 1987, atau 35 tahun yang lalu, Gorbachev secara dramatis mengumumkan bersedia melanjutkan pembahasan kesepakatan pembersihan rudal nuklir di seluruh dunia tanpa mengajukan syarat.

Keputusan Gorbachev yang tiba-tiba itu didorong beberapa faktor. Salah satunya untuk mengurangi beban anggaran militer, karena perekonomian Uni Soviet terus memburuk jelang berakhirnya perang dingin.

Kedua dia juga merasa perlu terus mingkatkan hubungan luar negeri dengan Inggris, Perancis, dan negara-negara Eropa barat lain yang juga menyerukan pembersihan senjata nuklir.

Sikap Gorbachev mendapatkan balasan serupa dari Reagan hingga mereka menyelesaikan kesepakatan pembersihan rudal nuklir itu.

Keduanya menandatangani Perjanjian Nuklir Jarak Menengah yang menghapus nuklir di seluruh kelas senjata, pada sebuah pertemuan di Washington pada Desember 1987.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang 'Kartu Kabur Saat Demo'

[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang "Kartu Kabur Saat Demo"

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com