Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gencarnya Polisi Ungkap Kasus Judi di Tengah Isu Konsorsium 303, Hapus Keraguan Publik?

Kompas.com - 22/08/2022, 17:38 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

Polisi harus bisa memberi bukti

Kasus pembunuhan Brigadir J yang menjerat Ferdy Sambo sebagai tersangka hingga saat ini dinilai sejumlah orang masih belum terungkap secara terang, terutama terkait motif. Hal ini menimbulkan beragam asumsi di masyarakat.

Di media sosial pun bertebaran isu liar, sampai dengan berita hoaks terkait kasus yang melibatkan Ferdy Sambo tersebut.

Sebagai pengamat kepolisian, Bambang menilai harusnya Polri bisa menyajikan bukti secara tuntas terkait kasus pembunuhan Brigadir J untuk menangkal berita liar maupun hoaks.

"Saya melihat motif apa pun dari Sambo itu tidak penting, yang penting adalah tindakan nyata dari kepolisian dari isu-isu yang beredar. Misalnya, Konsorsium 303, ya buktikan saja ada keterlibatan atau tidak. Sampaikan kepada masyarakat dengan bukti-bukti," kata Bambang.

Dia mengatakan, seharusnya kepolisian bisa menyampaikan bukti-bukti secara gamblang kepada masyarakat terkait pembunuhan Brigadir J maupun isu Konsorsium 303.

Mengingat, kepolisian menjadi lembaga yang diberikan kewenangan sangat besar, mulai penyelidikan dan penyidikan.

"Yang bisa membuktikan itu kan kepolisian sendiri kan. Jawab hoaks-hoaks itu dengan bukti-bukti. Kalau selama ini kan sering muncul hoaks bahwa Brigadir J itu disiksa di Magelang kemudian dibunuh di luar Duren Tiga, tapi kan akhirnya terbantahkan dengan bukti-bukti yang disajikan," tuturnya.

Penguatan lembaga pengawas

Kasus pembunuhan dan isu tentang Konsorsium 303 Ferdy Sambo memberikan asumsi terkait lemahnya pengawasan terhadap Polri. Sehingga, diperlukan lembaga yang kuat supaya petinggi maupun anggota Polri tidak melakukan pelanggaran maupun tindak pidana. 

Momen kasus Ferdy Sambo pun dinilai menjadi waktu yang tepat untuk bersih-bersih dan memperkuat institusi Polri. 

"Kalau kita melihat, selama ini pengawasan oleh internal saja. Sementara pengawasan eksternal tidak terlalu kuat. Lembaga pengawas yang dibentuk seperti Kompolnas juga tidak memiliki kewenangan yang besar untuk melakukan kontrol yang kuat bagi kepolisian," ucap Bambang.

"Sementara Komisi III DPR RI juga tidak bengitu efektif dan efisien dalam melakukan pengawasan kepada kepolisian," tuturnya.

Dalam pandangan Bambang, di tubuh lembaga pengawasan eksternal Polri seperti halnya Kompolnas perlu dilakukan perombakan. Sehingga, perlu adanya political will dari pemerintah terutama presiden untuk memperkuat lembaga eksternal tersebut.

"Kalau tidak ada penguatan lembaga kontrol dan komposisi Kompolnas misalnya masih seperti ini, dan tidak ada perombakan ya momentum untuk bersih-bersih kepolisian akan hilang lagi.  Karena tidak membentuk sistem kontrol yang lebih bagus," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seniman Suriah Bikin 'Patung Liberty' dari Reruntuhan Rumahnya

[HOAKS] Seniman Suriah Bikin "Patung Liberty" dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

Hoaks atau Fakta
Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Data dan Fakta
Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Data dan Fakta
[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com