KOMPAS.com - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) diklaim menyebut bahwa perubahan iklim tidak disebabkan emisi karbon dioksida (CO2).
Klaim itu disebarkan oleh salah seorang pengguna media sosial Twitter pada 4 Juli 2022.
"NASA telah mengumumkan bahwa emisi CO-2 tidak ada hubungannya dengan perubahan iklim. Hal ini semata-mata disebabkan oleh perubahan posisi bumi saat mengorbit mengelilingi matahari. Game Over," tulis warganet itu.
NASA has announced that CO-2 emissions have zero to do with climate change. It is solely caused by earth's changing positioning as it orbits around the sun.
Game Over
— Mario Guerrieri (@trumpwon23) July 4, 2022
Dilansir dari Reuters, seorang juru bicara NASA mengatakan, pihaknya meyakini bahwa pemanasan global akhir-akhir ini dipicu aktivitas manusia.
"Khususnya, masukan langsung karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer Bumi dari pembakaran bahan bakar fosil atau aktivitas antropogenik lainnya," kata juru bicara itu.
Juru bicara itu mengatakan bahwa, secara kolektif, delapan tahun terakhir telah menjadi yang terpanas sejak pencatatan modern dimulai pada tahun 1880.
Menurut catatan suhu NASA, suhu rata-rata Bumi naik sekitar 1,1 derajat Celcius daripada rata-rata akhir abad ke-19, awal dari masa Revolusi Industri.
Klaim lain menyebutkan, pemanasan global disebabkan Siklus Milankovitch, yaitu pergeseran posisi Bumi terhadap matahari dalam rentang waktu geologis.
"Milankovitch memecahkan 'perubahan iklim' 100 tahun yang lalu tetapi Kebenaran ini tidak menguntungkan kaum kiri global jadi alih-alih kita mendapatkan siklus berulang prediksi hari kiamat yang ternyata salah, tetapi kadang-kadang berhasil membuat orang menyerahkan hak mereka kepada tiran," tulis seorang warganet Twitter.
Milankovitch solved "climate change" 100 years ago but the Truth didn't benefit global leftists so instead we get a repeat cycle of doomsday predictions that turn out laughably wrong but occasionally successful at getting people to cede their rights to tyrants.
— Andy Swan (@AndySwan) July 5, 2022
John Cook, peneliti di Pusat Penelitian Komunikasi Perubahan Iklim di Universitas Monash, mengatakan, Siklus Milankovitch adalah perubahan orbit dan kemiringan Bumi yang terjadi dalam jangka waktu lama.
"Siklus itu mengubah cara sinar matahari menyentuh Bumi pada waktu yang berbeda dalam setahun, yang dalam jangka waktu lama secara bertahap memengaruhi iklim Bumi," kata Cook.
Teori ini berpusat di sekitar variasi siklus Bumi dalam tiga kategori yang membentang dari siklus 10.000 tahun hingga lebih dari 100.000 tahun.
"Tetapi perubahan iklim alami ini terjadi dalam skala waktu geologis. Pemanasan global yang telah kita lihat selama satu abad terakhir sangat cepat," tuturnya.
Juru bicara NASA juga mengatakan bahwa Siklus Milankovitch tidak bertanggung jawab atas periode pemanasan cepat yang dialami Bumi saat ini sejak periode pra-Industri (periode antara tahun 1850 dan 1900), dan khususnya sejak pertengahan abad ke-20.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.