Dilansir dari National Geographic, Truman membantah AS terlibat konflik di Semenanjung Korea.
"Kami tidak berperang," kata Truman pada 29 Juli 1950.
"Korea Selatan diserang secara tidak sah oleh sekelompok bandit yang bertetangga dengan Korea Utara" ujar Trauman.
Sementara itu, Uni Soviet memasok dan melatih pasukan Korea Utara dan China, sera mengirim pilot untuk menerbangkan misi melawan pasukan PBB yang dikirim oleh Amerika Serikat.
Pada Juli 1951 dilakukan negosasi. Namun negosiasi terhenti di meja perundingan hanya mengenai nasib tawanan perang.
Baca juga: Jumlah Pengungsi akibat Konflik dan Perang Bertambah, Indeks Perdamaian Menurun
Sejumlah tawanan perang yang ditangkap pasukan AS tidak ingin kembali ke negara asal mereka di Korea Utara.
Namun, pihak Korea Utara maupun China bersikeras agar mereka dipulangkan sebagai syarat perdamaian.
Selama serangkaian pertukaran tahanan sampai tahun 1953, ada lebih dari 75.000 tahanan dikembalikan. Sementara lebih dari 22.000 membelot atau mencari tempat mengungsi untuk berlindung.
Pada 27 Juli 1953, Korea Utara, China dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun, Korea Selatan keberatan dengan pembagian Korea yang berkelanjutan.
Korea Selatan tidak menyetujui gencatan senjata ataupun menandatangani perjanjian damai formal.
Meski pertempuran berakhir, namun secara teknis tidak pernah terjadi perdamaian antara Korea Selatan dan Korea Utara, sampai saat ini hubungan kedua negara pun masih kurang harmonis.
Selama perang Korea pada 1950 hingga 1953, tercatat jutaan orang tewas. Korea Utara dan Korea Selatan pun terbagi secara permanen setelah itu.
Masih belum jelas secara detail angka korban yang tewas. Diperkirakan 40.000 tentara Amerika dan sekitar 46.000 tentara Korea Selatan tewas.
Sementara di kubu musuh diperkirakan ada 215.000 tentara Korea Utara dan 400.000 tentara China yang tewas.
Banyak pula warga sipil yang tewas setelah diserang menggunakan bom dan senjata kimia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.