Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Air Rebusan Daun Seledri untuk Menggantikan Terapi Cuci Darah

Kompas.com - 02/04/2022, 14:14 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang mengeklaim air rebusan daun seledri dapat digunakan sebagai terapi untuk penderita masalah ginjal.

Informasi itu juga mengeklaim, penderita masalah ginjal tidak perlu melakukan cuci darah (hemodialisis) dan cukup mengonsumsi air rebusan daun seledri secara rutin.

Berdasarkan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar.

Narasi yang beredar

Klaim air rebusan daun seledri dapat digunakan untuk menggantikan manfaat terapi cuci darah pada penderita masalah ginjal dibagikan di Facebook oleh akun ini, ini, dan ini.

Berikut narasi yang dibagikan:

Ternyata Biaya Cuci Darah Gak Sampai Rp 10.000, Kini Semua Orang Bisa Sehat Tanpa Harus Beli Obat

Di bawah narasi itu, disertakan tautan menuju sebuah situs web yang memuat artikel mengenai air rebusan daun seledri sebagai pengganti terapi cuci darah.

Berikut kutipan isi artikel tersebut:

Bagi anda yang memiliki masalah ginjal yang mengharuskan anda ke rumah sakit setiap minggu untuk cuci darah perlu membaca artikel berikut ini, bagaimana melakukan cuci ginjal alamiah dengan biaya yang super murah.

Tentu saja seiring berjalannya waktu, akan terjadi penumpukan garam di ginjal sehingga dapat menimbulkan gangguan. Pada penderita sakit ginjal maka fungsi ginjla tidak lagi berjalan dengan normal, maka dari itu perlu tindakan tambahan yaitu dengan cuci darah.

Metode ini selain sangat mahal juga rasanya tentu tidak nyaman. Nah bagi anda yang saat ini wajib cuci darah sekali seminggu bisa menggunakan resep tradisional cuci darah alami di bawah ini.

Caranya cukup mudah :

  • Beli seikat daun Seledri, cucilah sampai bersih, lalu potong kecil-kecil dan masukkan ke dalam panci. Tuangkan air bersih kira-kira 1 liter, didihkan selama 10 menit dan biarkan hingga dingin.
  • Minum satu gelas setiap hari dan anda akan melihat semua endapan garam dan racun lain yang keluar dari ginjal anda ketika buang air kecil.

Anda juga akan melihat perbedaan yang tidak pernah anda rasakan sebelumnya, Seledri dikenal sebagai obat alami terbaik untuk mencuci ginjal, jadi tidak ada efek sampingnya.

Konfirmasi Kompas.com

Untuk memverifikasi kebenaran informasi tersebut, Tim Cek Fakta Kompas.com meminta penjelasan dari Dr Furqon Satria Adi Pradana Sp.JP, staf jantung dan pembuluh darah di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah.

Furqon mengatakan, seledri memang mengandung kalium (sekitar 260 mg dalam 100 gram) yang bisa membantu menjaga tekanan darah, sehingga baik untuk mencegah penyakit ginjal.

"Tapi, pada pasien yang sudah mengalami gagal ginjal justru harus diet kalium rendah, karena removal (pembuangan) kalium di ginjal yang sudah rusak itu tidak berjalan lancar," kata Furqon kepada Kompas.com, Sabtu (2/4/2022).

Menurut Furqon, kalium yang tinggi bisa dibuang dengan terapi renal replacement, seperti cuci darah/hemodialisis atau CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy).

"Bukan dengan menambahkan seledri yang justru meningkatkan kadar kalium," ujar dia.

Ia mengatakan, kalium yang terlalu tinggi di darah membuat detak jantung melambat dan berpotensi menyebabkan aritmia letal (kematian akibat kondisi jantung menjadi ireguler).

"Jadi harap dibedakan pencegahan penyakit dan terapi pada penyakit yang sudah ada, misalnya gagal ginjal yang membutuhkan cuci darah," kata Furqon.

"Meng-encourage (menganjurkan) terapi yang belum ada buktinya untuk supaya pasien meninggalkan cuci darah sama saja membahayakan nyawa," ujar dia.

Kesimpulan

Berdasarkan konfirmasi Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim air rebusan daun seledri dapat menggantikan manfaat terapi cuci darah pada penderita masalah ginjal adalah hoaks.

Seledri justru meningkatkan kadar kalium yang bisa berakibat fatal bagi pasien gagal ginjal.

Selain itu, anjuran untuk meninggalkan cuci darah dan menggantinya dengan terapi yang belum ada buktinya sama saja membahayakan nyawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Video Turbulensi Pesawat ALK Bukan Musibah di Kabin Singapore Airlines

INFOGRAFIK: Video Turbulensi Pesawat ALK Bukan Musibah di Kabin Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
Mengenang Kontroversi Sex Pistols Saat Rilis Lagu 'God Save the Queen'...

Mengenang Kontroversi Sex Pistols Saat Rilis Lagu "God Save the Queen"...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Rumah Sakit Sri Ratu Medan Ditutup Sementara

[HOAKS] Rumah Sakit Sri Ratu Medan Ditutup Sementara

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Sebar Bibit Ikan Lele ke Saluran Air Cegah DBD ?

CEK FAKTA: Benarkah Sebar Bibit Ikan Lele ke Saluran Air Cegah DBD ?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Keanu Reeves Bawa Lari Kamera Paparazi Merupakan Adegan Film

[KLARIFIKASI] Foto Keanu Reeves Bawa Lari Kamera Paparazi Merupakan Adegan Film

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Gim Daring Meningkatkan Kasus Kriminal Anak?

CEK FAKTA: Benarkah Gim Daring Meningkatkan Kasus Kriminal Anak?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ruben Onsu Meninggal Dunia pada 19 Mei 2024

[HOAKS] Ruben Onsu Meninggal Dunia pada 19 Mei 2024

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Putin ke Pemakaman Raisi | Denda Pengobatan Alternatif

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Putin ke Pemakaman Raisi | Denda Pengobatan Alternatif

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Foto Donald Trump Berseragam Tentara, Hasil Manipulasi AI

INFOGRAFIK: Foto Donald Trump Berseragam Tentara, Hasil Manipulasi AI

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Luhut Klaim Proyek Kereta Cepat Layak Dilanjutkan sampai Surabaya

CEK FAKTA: Luhut Klaim Proyek Kereta Cepat Layak Dilanjutkan sampai Surabaya

Hoaks atau Fakta
Memahami Bias Konfirmasi dalam Penyebaran Misinformasi...

Memahami Bias Konfirmasi dalam Penyebaran Misinformasi...

Hoaks atau Fakta
Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com