Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Hoaks Chemtrail Masih Beredar hingga Dipercaya Beberapa Orang

Kompas.com - 18/02/2022, 18:21 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Teori konspirasi chemtrail yang sudah dinyatakan sebagai hoaks belakangan ini ramai beredar di media sosial.

Untuk diketahui, chemtrail adalah klaim mengenai penyemprotan zat kimia berbahaya menggunakan pesawat untuk tujuan tertentu, misalnya merekayasa penyakit di masyarakat.

Narasi-narasi terkait chemtrail yang baru-baru ini beredar dibumbui dengan klaim bahwa varian Omicron merupakan penyakit rekayasa yang disebabkan oleh penyemprotan zat kimia.

Meski chemtrail sudah dinyatakan sebagai hoaks, dan berbagai penjelasan soal varian Omicron mudah diakses, mengapa hoaks terkait keduanya masih banyak beredar dan bahkan dipercaya?

Baca juga: [Fakta Bicara] Chemtrail adalah Teori Konspirasi yang Tidak Terbukti

Pengaruh kondisi masyarakat saat ini

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, mengemukakan pendapatnya terkait maraknya hoaks mengenai chemtrail dan varian Omicron.

Menurut Drajat, kondisi pandemi Covid-19 yang belum menununjukkan tanda-tanda berakhir, dan malah bermunculan varian-varian virus corona baru, memunculkan perasaan ketidakpastian bagi masyarakat.

"Jadi ketika muncul Delta, kemudian muncul Omicron, kemudian nanti mungkin muncul yang lain lagi, nah ini menyebabkan masyarakat itu masih terus bertanya tentang apa yang sedang terjadi dan bagaimana menyelesaikan seluruh masalah ini," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/2/2022).

Baca juga: [HOAKS] Video Serbuk Omicron dan Pilot dengan Badge #TEAMCHEMTRAIL

Mencari jawaban atas ketidakpastian

Ia mengatakan, kondisi masyarakat yang demikian itu wajar terjadi karena saat ini banyak orang sedang mengalami kepanikan dan ketidakpastian terkait masalah ini.

Terlebih, selama ini segala sesuatu yang terkait pandemi selalu mengikuti atau berdasarkan keputusan dari satu sumber saja, yakni negara atau pemerintah.

"Pak Menteri, misalnya, ngomong 'Ini Februari berakhir', 'Ini semua harus berhenti', 'Ini kemudian sekolah harus ditutup dulu'. Nah, karena ini sifatnya dikendalikan oleh negara, state, struktur, maka kemudian orang tidak punya kendali utama atas dirinya," ujar Drajat.

Hal itu kemudian menyebabkan rasa ketidakpastian yang dimiliki orang-orang menjadi semakin kuat, karena mereka tidak lagi memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu dan bergantung pada kebijakan pemerintah.

Drajat mengatakan, situasi ketidakpastian yang dihadapi oleh masyarakat kemudian membuat mereka akhirnya berusaha mencari jawaban atas ketidakpastian itu.

"Apa pun jawaban yang ada itu dikonsumsi, termasuk jawaban yang hoaks itu dikonsumsi. Apalagi dibantu oleh media sosial," tuturnya.

Isu kecil yang kemudian meluas

Menurut Drajat, dalam konteks chemtrail, bisa jadi teori tersebut awalnya hanya berkembang dan dipercaya oleh segelintir atau sekelompok kecil orang saja.

"Tetapi karena kecepatan kehidupan ini semakin tinggi dengan media sosial, dengan internet, dengan share dan like, itu semakin cepat, maka isu-isu yang sifatnya masih menjadi alternatif itu menjadi disukai orang," ucap Drajat.

"Artinya, kalau isu-isu yang sudah pasti seperti 'Corona bisa ditangani dengan vaksin' itu kan sudah pasti dan tidak menjawab masalah, maka teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang tidak pasti seperti teori konspirasi itu menjadi alternatif yang masih akan dikonsumsi," ujarnya.

Menurut Drajat, meskipun teori konspirasi tidak terbukti atau bahkan keliru, namun karena masyarakat merasa belum ada jawaban yang pasti dan final mengenai pandemi, maka hal-hal semacam itu masih akan terus dicari oleh masyarakat.

"Yang penting adalah bahwa ketika ada kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur-unsur yang bisa diduga atau disalahtafsirkan ke dalam berita-berita hoaks itu, itu segera ada pengumuman, informasi yang pasti, yang jelas, yang itu bisa dijadikan sebagai counter informasi," kata Drajat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com