SARS-CoV-2 tidak bisa tidak akan terdeteksi melalui air keran atau air biasa. Selain itu, kata dia, cairan memiliki PH tertentu atau keasaman tertentu sehingga hasil yang ditunjukkan tidak valid.
"Ketika yang dites adalah air keran, PH-nya akan terganggu dan merusak antibodi yang ada di film-nya itu. Akhirnya hasilnya menjadi invalid, bisa jadi positif," ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (30/6/2021).
Air keran justru bisa menyebabkan alat tes rusak.
Hal serupa juga disampaikan ahli patologi klinis dari RSA UNS Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto.
Tonang menjelaskan, setiap alat tes sudah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji.
Namun apabila sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak semestinya, sehingga kandungan pH-nya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.
"Sampel yang pas, seperti swab, (jika) sudah diukur pada pH yang tepat (sesuai) tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif," ungkap dia.
Hoaks tentang alat tes Covid-19 juga dikaitkan dengan vaksinasi.
Ada klaim yang menyebut tes polymerase chain reaction (PCR) adalah cara terselubung untuk memasukkan vaksin Covid-19 ke tubuh.
Berdasarkan penelusuran fakta oleh Kompas.com, 18 November 2021, mengungkap bahwa tes PCR tidak dapat digunakan untuk melakukan vaksinasi.
Dr Phionah Atuhebwe dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, tes PCR dengan metode swab bertujuan mengambil sampel untuk mendeteksi keberadaan virus corona. Sementara, vaksinasi untuk Covid-19 tidak bisa dilakukan dengan metode tersebut.
Pakar imunologi dari Kenya, Geoffrey Kulabusia mengatakan, saat ini memang sedang ada penelitian mengenai pemberian vaksin secara intranasal atau melalui jalur pernapasan. Akan tetapi, vaksin Covid-19 hanya direkomendasikan diberikan melalui suntikan intramuskular atau suntikan pada otot.
Selain itu, klaim bahwa tes PCR dapat mencapai otak untuk menaruh partikel nano vaksin juga tidak benar.
Profesor vaksinologi dari Afrika Selatan Shabir Madhi membantah klaim itu.
"Jika (tes swab) melewati sinus untuk mencapai otak, itu tidak hanya menyebabkan hidung gatal tetapi juga akan menyebabkan kerusakan pada otak," ujar Madhi.