Beredar narasi yang menyebut bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengakui tes PCR tidak bisa membedakan virus corona dan influenza.
Disebutkan bahwa PCR dibuat untuk keperluan manufaktur dan bukan untuk penggunaan diagnostik.
Tim Cek Fakta Kompas.com, pada 11 Januari 2022, menelusuri bahwa narasi itu salah atau hoaks.
CDC pada 7 Agustus 2021 menerbitkan rilis tentang alat tes pertama yang digunakan CDC untuk mendiagnosis Covid-19 yang diluncurkan sejak Februari 2020.
Kemudian, CDC merilis pengujian kedua pada Juli 2020, yang memungkinkan laboratorium kesehatan masyarakat untuk menjalankan tiga pengujian dalam satu sumur reaksi.
Alat itu adalah Panel Diagnostik RT-PCR Real-Time, tes yang secara akurat mendeteksi SARS-CoV-2 di saluran pernapasan dengan pengambilan spesimen. Pengujian itu disebut CDC Influenza SARS-CoV-2 (Flu SC2) Multiplex Assay.
Metode ini disebut lebih efisien dalam penggunaan reagen uji, memungkinkan throughput yang lebih tinggi, dan secara bersamaan memberikan hasil yang akurat tentang keberadaan SARS-CoV-2, influenza A, dan asam nukleat influenza B dalam spesimen pasien.
Jadi, bukan tidak bisa membedakan virus. Sebaliknya, tes PCR bisa mendeteksi berbagai virus dalam satu kali uji, termasuk virus corona dan influenza.
Kesalahpahaman di masyarakat sempat terjadi, ketika pada 21 Juli 2021, Divisi Sistem Laboratorium CDC merilis peringatan untuk menghentikan tes PCR untuk SARS-CoV-2 pada akhir 2021.
Namun, peringatan ini bukan karena tes PCR tidak bisa membedakan virus corona dengan influenza, tetapi untuk beralih ke penggunaan tes yang dapat memfasilitasi diagnosis kedua virus.