KOMPAS.com - Berada jauh dari keluarga dengan kondisi ekonomi serba kekurangan membuat hidup Diego Mendieta di Indonesia menderita. Hingga akhir tahun 2012, pesepak bola asal Paraguay itu belum kunjung mendapatkan gaji yang menunggak selama empat bulan.
Kondisi keuangan Persis Solo yang sedang tidak stabil membuat gaji Diego yang sebesar Rp 84 juta belum dibayar. Ia pun terpaksa bertahan hidup dengan uang seadanya.
Untuk bertahan, Diego kerap kali menggantungkan hidup pada kebaikan beberapa rekannya di Indonesia. Saking kekurangannya, Diego juga sempat menunggak bayaran sewa kamar kos lebih dari enam bulan.
"Untung rekan-rekannya baik semua sehingga temannya yang membayar kos-kosannya," kata Seno, penjaga kos yang ditempati Diego, kepada Kompas.com.
Di kamar kos berukuran 3,5 x 4,5 meter itu Diego sering merasa rindu dengan kampung halamannya.
Beberapa kali ia mengungkapkan keinginan untuk segera pulang ke Paraguay, tetapi terkendala biaya.
"Itu foto istri dan anaknya," kata Seno sembari menunjukkan sebuah foto yang terpajang di atas televisi.
Diego hanya bisa memandangi foto anak dan istrinya untuk sekadar melepas rasa rindu.
Kesehatan memburuk
Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, kesehatan Diego justru memburuk. Ia sering mengeluh sakit di bagian pencernaan dan sulit makan.
Bahkan, sejak November 2012, ia harus menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di Solo. Karena kekurangan biaya, Diego menjalani pengobatan secara terputus-putus.
Diberitakan Kompas.com, Diego sempat dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Yarsis Solo selama sepekan dan didiagnosis menderita tifus. Dia kemudian pulang.
Empat hari setelah pulang, ia kembali masuk rumah sakit dan dirawat di PKU Muhammadiyah Solo.
Diego kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Moewardi hingga akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 4 Desember 2012 di usia 32 tahun.
Berdasarkan pemeriksaan dokter, Diego meninggal akibat virus Cytomegalovirus dan jamur Candidiasis. Jenazahnya lantas dibawa pulang ke Paraguay untuk dimakamkan.
Belum bayar gaji
Kematian Diego menjadi pukulan telak untuk Liga Indonesia yang beberapa klubnya masih menunggak gaji.
Persis pun lantas menjadi sorotan usai kematian Diego. Sebab, klub berjuluk Laskar Sambernyawa itu menunggak gaji selama empat bulan.
Kepada Kompas, manajer Persis Solo versi PT Liga Indonesia kala itu, Totok Supriyanto, mengaku kondisi klubnya serba krisis dan kekurangan dana.
Kendati begitu, ia menolak menerangkan secara detail mengapa krisis tersebut terjadi.
Menurut Totok, selain Diego, masih ada beberapa pemain yang juga belum dibayar gajinya. Kematian Diego menjadi pelajaran penting untuk lebih berhati-hati dalam mengelola Persis Solo.
Totok menambahkan, Persis sudah mengirimkan uang Rp 131 juta kepada istri Diego di Paraguay untuk membayar yang tunggakan kewajiban. Perinciannya yakni empat bulan gaji Rp 84 juta, kekurangan dan DP kontrak Diego senilai Rp 47 juta, serta Rp 50 juta untuk kepulangan ke Paraguay.
"Sudah kami realisasikan semua dan kami transfer ke rekening pribadi istri mendiang yang ada di Paraguay sebesar Rp 131 juta," ujar Totok.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/12/05/095400082/11-tahun-meninggalnya-diego-mendieta-potret-suram-sepak-bola-indonesia