Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

CEK FAKTA: Benarkah Debu Bermuatan Magnet Bukti Adanya "Chemtrail"?

KOMPAS.com - Sebuah video di media sosial memuat narasi soal debu bermuatan magnet dan dikaitkan dengan chemtrail.

Chemtrail dipercaya sebagai bentuk penyebaran zat kimia di udara.

Pria dalam video di akun X (dulu Twitter) ini, mengetes debu pada mobilnya, lalu menunjukkan bahwa debu itu memiliki kekuatan magnet karena menempel pada logam.

Video lain yang beredar di Facebook menampilkan seseorang melakukan percobaan serupa dengan menempelkan logam di debu kaca jendelanya.

Mobil dan jalanan di sejumlah wilayah di Inggris diselimuti debu dari Sahara.

Namun klaim di media sosial menyebutkan, debu bermuatan magnet itu bersumber dari chemtrail, yang kemudian dikaitkan dengan agenda perubahan iklim.

"Bukan debu yang tertiup ke sini dari Sahara kecuali Anda yakin magnet dapat menarik pasir. Bahan kimia tersebut digunakan oleh mafia modifikasi cuaca untuk melanjutkan agenda perubahan iklim mereka dan meracuni dunia kita," tulis akun Facebook ini, pada Minggu (9/9/2023) dalam terjemahan bahasa Indonesia.

Lantas, benarkah debu bermuatan magnet bukti adanya chemtrail?

Sumber debu

Debu menutupi trotoar dan mobil di sejumlah wilayah Inggris, seperti Worcester, Stourbridge, Wolverhampton dan Shropshire.

Dilansir BBC, penyebab fenomena tersebut adalah angin kencang yang membawa material debu dari Sahara sampai ke atmosfer.

Material tersebut berada di udara sampai bercampur bersama hujan yang kemudian turun di wilayah lain, salah satunya Inggris.

"Dalam beberapa hari terakhir, alih-alih melintasi Atlantik menuju Brasil, (material debu Sahara) malah menuju ke utara menuju kami dan Inggris," kata Liz Bentley dari Royal Meteorological Society.

Kandungan debu Sahara

Debu Sahara mengandung sejumlah mineral magnet alami. Fakta bahwa debu yang terbawa sampai Inggris dapat menempel pada logam tidak membuktikan adanya chemtrail.

Direktur Pusat Lingkungan Hidup, Magnetisme, dan Palaeomagnetisme, Universitas Lancaster Barbara Maher mengatakan, karakteristik warna merah debu Sahara menunjukkan adanya sejumlah kecil hematit, yakni mineral bermagnet lemah.

"Debu Sahara yang tertiup angin mengandung campuran partikel yang terangkat dari permukaan tanah Afrika (utara), dan juga bercampur dengan polusi udara antropogenik saat debu tersebut tertiup ke barat laut menuju Eropa dan Inggris," kata Maher, dikutip dari Reuters.

Maher pernah menerbitkan penelitian ilmiah bertajuk Aeolian Research pada 2011. Penelitian itu membuktikan senyawa kimia magnetik terdapat dalam debu aeolian yang tersebar di mana-mana.

Hal serupa disampaikan Kepala Departemen Ilmu Bumi Universitas Cambridge, Richard Harrison.

"Magnetit dan maghemit lebih bersifat magnetis tetapi jumlahnya lebih sedikit," kata Harrison.

Debu Sahara juga mengandung partikel magnetit buatan manusia dan partikel polusi lainnya yang bercampur, dalam perjalanannya menuju utara.

Namun logam yang berasal dari polusi udara umumnya jauh lebih rendah dibandingkan partikel debu logam yang bersumber secara alami.

Tidak ada chemtrail

Chemtrail merupakan sebutan yang populer di kalangan penyebar teori konspirasi. Chemtrail dipercaya sebagai penyemprotan zat kimia berbahaya di udara untuk tujuan tertentu.

Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan sejumlah sebaran informasi keliru seputar chemtrail dan menemukan pola sebaran narasinya.

Misalnya, klaim keliru bahwa chemtrail merupakan zat kimia berbahaya untuk menyebarkan penyakit di masyarakat.

Ada pula yang keliru menganggap jejak putih dari ekor pesawat atau contrail sebagai bukti adanya chemtrail. Namun, semua klaim tersebut terbukti tidak benar.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/09/13/133100482/cek-fakta-benarkah-debu-bermuatan-magnet-bukti-adanya-chemtrail

Terkini Lainnya

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke