KOMPAS.com - Twitter mengumumkan kebijakan centang biru berbayar setelah perusahaan penyedia platform sosial tersebut dibeli oleh pengusaha asal Amerika Serikat, Elon Musk.
Pada 5 November 2022, Twitter memperbarui aplikasinya di App Store dan mulai menerapkan biaya senilai 8 dollar AS atau setara Rp 125.000 perbulan untuk mendapat tanda centang biru.
Kebijakan Musk terkait centang biru berbayar pun mendapat respons beragam dari pengguna Twitter.
Sejumlah tokoh publik menganggap bahwa kebijakan tersebut justru akan membingungkan masyarakat. Sebab, mereka akan semakin kesulitan untuk membedakan akun Twitter figur publik dan selebritas yang asli dan palsu.
Setelah Twitter meluncurkan pembaruan berbayar sistem verifikasi, sejumlah orang mengkritik dengan melakukan impersonate (impersonasi), yaitu mengubah nama akun mereka menjadi Elon Musk.
Meskipun, mereka masih menggunakan @username yang berbeda dengan pendiri Tesla dan SpaceX itu.
Hal itu dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem verifikasi baru platform itu cacat, meskipun telah membayar 8 dollar per bulan untuk mempertahankan tanda centang biru.
Selain itu, kebijakan tersebut dianggap menyimpang dari tujuan awal Twitter menghadirkan centang biru: sebagai validasi dan menghindari disinformasi akibat aksi impersonasi.
Salah satu yang mengubah akun Twitter pribadinya dengan nama Elon Musk adalah komedian AS, Sarah Kate Silverman. Sarah berhasil mengelabui sejumlah pengguna Twitter yang menganggap bahwa akunnya merupakan milik Elon Musk yang asli.
Melalui akunnya @SarahKSilverman, ia menunjukkan sejumlah twitnya ketika menyamar menjadi Elon Musk.
Namun pada akhirnya akun @kathygriffin justru ditangguhkan oleh Twitter dengan alasan meniru identitas Elon Musk dan tidak menyebutkan secara jelas bahwa itu parodi.
Klein beralasan kebijakan itu tidak beralasan karena akun dengan lebih dari 2 juta followers yang di-suspend merupakan komedi dan parodi.
Menurut peraih Golden Globe Awards itu, para penipu semestinya akan kesulitan jika kebijakan verifikasi itu diatur ketat oleh Twitter.
Dengan menjadikannya sistem berbayar, maka setiap orang bisa melakukan penipuan impersonasi dengan akun yang disertai centang biru.
Menurut Wexler, sejatinya adanya centang biru yang diberikan gratis kepada sejumlah tokoh publik merupakan bagian untuk meminimalisasi disinformasi.
"Dengan disinformasi sebagai masalah yang dihadapi banyak platform, verifikasi adalah salah satu cara yang digunakan jurnalis, peneliti akademis, dan beberapa pengguna untuk menyaring disinformasi atau informasi berkualitas rendah," kata Wexler
"Jika Anda menawarkan centang biru untuk disewakan, akan lebih sulit untuk menyaring disinformasi dan menemukan informasi berkualitas tinggi." kata dia.
Langkah menerapakan kebijakan centang biru berbayar pun akan mempersulit untuk mengidentifikasi sumber yang dapat dipercaya.
Sebelumnya, Twitter sendiri menyediakan fasilitas gratis berupa centang biru kepada sejumlah tokoh publik karena identitas mereka rawan menjadi target peniruan.
Perusahaan Twitter memperkenalkan sistem tersebut pada tahun 2009. Hal itu dilakukan setelah mereka menghadapi tuntutan hukum yang menuduh bahwa Twitter tidak melakukan upaya yang cukup maksimal untuk mencegah munculnya akun penipu.
Menurut laporan di surat kabar The Guardian pada tahun 2021 terdapat sekitar 400.000 pengguna Twiiter yang terverifikasi atau mendapat centang biru.
Dilansir dari CNN, setelah banyak mendapat kritik, Twitter akhirnya menunda peluncuran verifikasi akun untuk paket berlangganan centang biru berbayar hingga pemilihan paruh waktu usai.
Keputusan untuk menunda peluncuran tersebut datang setelah mereka menghadapi reaksi publik yang luas. Terlebih beberapa selebriti melakukan pembangkangan dengan menganggap bahwa centang biru berbayar berpotensi cacat dalam sistem.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/11/08/105000582/aksi-seleb-impersonasi-elon-musk-kritik-centang-biru-berbayar-yang