KOMPAS.com - Sebuah video beredar di media sosial, menampilkan direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Video itu disematkan dengan narasi yang menggambarkan Tedros menolak divaksin dan menyebut dia sebagai bapak antivax sedunia. Antivax merupakan sebutan bagi kelompok yang tidak percaya dan menolak vaksinasi.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu salah. Video wawancara Tedros dipadankan dengan konteks informasi yang keliru.
Narasi yang beredar
Video yang mengeklaim bahwa Tedros Adhanom Ghebreyesus adalah bapak antivax sedunia, disebarkan oleh akun Facebook ini dan akun TikTok ini.
Video berdurasi 47 detik itu menampilkan Tedros sedang diwawancarai oleh seseorang.
Berikut teks yang disematkan dalam video:
Saya sedar saya berasal dari sebuah negara Miskin Ethiopia. Anda tahu Benua miskin dari Afrika. Dan Negara negara Afrika masih lagi ingin menunggu dan mahu menunggu.
Saya tahu di mana saya beraa, anda tahu negara miskin yang dipanggil Ethiophia. anda tahu Benua Miskin yang dipanggil Afrika dan saya mau menunggu sehingga Afrika dan rantau negara lain berpendapataan rendah yang mempunyai vaksinasi rendah. jadi saya memprotes, dengan kata lain kita gagal.
Film yang disutradarai David France ini dibuat sejak 2020 saat awal pandemi.
Film ini menyoroti pekerjaan para peneliti di laboratorium mereka, ilmuwan yang melakukan uji coba sukarela, dan jurnalis sains yang bekerja untuk tetap mengikuti lanskap yang berubah cepat saat virus corona menyebar.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (6/8/2022), sosok yang mewawancarai Tedros adalah penulis staf untuk jurnal Science, Jon Cohen.
Wawancara Cohen dengan Tedros berlangsung pada 12 Juni 2021, sebulan setelah Tedros mendapatkan dosis pertamanya. Wawancara ini berlansung di kantor pusat WHO, beberapa jam sebelum Tedros berpidato di KTT G7.
Melalui akun Twiter pribadinya, Tedros memberi tahu bahwa dirinya mendapat suntikan vaksin Covid-19 pada 13 Mei 2021. Dia bahkan menyebut sangat penting untuk mendapat vaksin secepatnya.
"Saya menyarankan Anda untuk menghapus ini. Anda menebar kebohongan," ujar Cohen kepada salah satu pengguna Twitter yang menyebar narasi menyesatkan.
Berikut transkrip wawancara sebenarnya dari video yang dicuplik di media sosial:
Cohen: Saya ingin bertanya tentang vaksinasi Anda sendiri. Pada tanggal berapa Anda mendapatkan tembakan pertama Anda?
Tedros: 12 Mei.
Cohen: Anda adalah kepala WHO. Anda bisa saja mengatakan pada Desember 2020, "Saya siap." Mengapa Anda menunggu?
Tedros: Saya merasa seperti saya tahu di mana saya berada: di negara miskin bernama Ethiopia, di benua miskin, Afrika. Dengan keistimewaan yang saya miliki di sini, mungkin saya memiliki kesempatan untuk memilikinya terlebih dahulu. Saya tidak ingin menggunakannya, karena saya ingin diingatkan setiap hari bahwa vaksinasi harus dimulai di Afrika. Saya ingin menunggu sampai Afrika dan negara-negara lain di kawasan lain, negara-negara berpenghasilan rendah, memulai vaksinasi.
Saya memiliki latar belakang sebagai petugas kesehatan dan saya termasuk dalam salah satu kelompok risiko. Mereka mulai memvaksinasi petugas kesehatan dan kelompok risiko [di Afrika] sekitar waktu itu, jadi saya pikir itu giliran saya. Saya sedang memeriksa giliran saya, sebenarnya, dibandingkan dengan apa yang akan saya dapatkan di Afrika, bukan di Jenewa. Saya protes.
Kesimpulan
Video yang mengeklaim bahwa Tedros Adhanom Ghebreyesus adalah bapak antivax sedunia merupakan narasi menyesatkan. Video asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah.
Video wawancara Tedros dilakukan sebulan setelah Tedros mendapat dosis pertama vaksin Covid-19.
Pada wawancara lengkapnya, Tedros tidak menggunakan hak istimewanya untuk mendapat vaksin pada Desember 2020.
Dia baru mendapat dosis pertama vaksin Covid-19 pada 12 Mei 2021 karena mengikuti giliran mendapat vaksin bagi petugas kesehatan di Afrika.
Tedros tidak menolak vaksin, sebaiknya, dia mendukung setiap orang untuk segera melakukan vaksinasi Covid-19 sesuai gilirannya.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/08/06/161338882/hoaks-direktur-jenderal-who-bapak-antivax-sedunia