Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Sendok, dari Zaman Neolitikum hingga jadi Sampah Plastik

Ada masa di mana orang-orang Barat menggunakan berbagai peralatan saat makan. Peralatan itu mulai dari pisau, garpu, hingga sendok untuk setiap jenis makanan yang bebeda.

Sementara, di zaman modern, sendok hampir selalu ada di setiap rumah.

Sendok di Zaman Neolitikum

Para sejarawan menerbitkan hasil penelitian di jurnal ilmiah PLoS One pada 2019, tentang keberadaan sendok di Zaman Batu Muda atau Zaman Neolitikum.

Menurut jurnal tersebut, sekitar 8.000 tahun yang lalu, sendok yang terbuat dari tulang sapi sudah digunakan.

Dari artefak yang diteliti, terdapat sendok-sendok kecil dari tulang sapi disertai jejak penggunaan yang intensif. Mereka beasumsi bahwa sendok itu digunakan untuk memberi makan bayi.

Untuk menguji asumsi tersebut, para peneliti membandingkan 2.230 tanda atau jejak penggunaan pada tiga sendok dari situs Neolitik Grad-Starcevo di Serbia. Hasilnya, ditemukan 3.151 tanda gigi sulung yang dihasilkan secara eksperimental.

Meskipun ibu dan bayi prasejarah merupakan pilar kunci keberhasilan demografis, narasinya dalam ilmu sejarah belum cukup memadai baik di kalangan arkeolog maupun antropolog fisik.

Alasannya, karena topik anak-anak dan perempuan sebelumnya tidak menjadi fokus peneliti arkeologi dan antropologi.

Dengan berkembangnya arkeologi gender sejak 1970-an, kajian tentang perempuan semakin meningkat, dan sejak 1990-an muncul pendekatan yang lebih terfokus dalam kajian kehidupan anak-anak prasejarah.

Sendok Zaman Besi

Pisau dan sendok adalah salah satu penemuan paling awal peradaban umat manusia. 

Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, sendok awalnya terbuat dari cangkang, kayu, atau tulang.

Manusia prasejarah menggunakan alat ini untuk membantu memudahkan mereka mengkonsumsi cairan atau makanan lunak.

Di Zaman Besi, ketika manusia menemukan cara memurnikan bijih yang digali dari tanah, mereka membuat pisau dan sendok dari besi.

Sementara, sekitar 1200 SM orang Mesir membuat sendok serupa yang tebuat dari gading, batu tulis, dan kayu. Mereka juga membuat sendok dari tanduk binatang yang dilunakkan dalam air dan dibentuk.

Adapun orang Yunani dan Romawi kuno membuat pisau dan sendok dari perunggu.

Kemudian, pada abad pertengahan, orang Eropa membuat sendok dari kayu, timah, atau perak dengan gagang yang ujungnya berbentuk seperti kenop. Bentuknya semakin bervariasi, hingga pada abad ke-16, gagang sendok di Eropa dihiasi ukiran atau figur orang suci hingga tokoh agama.

Gagasan menggunakan garpu dan pisau, baru muncul satu abad setelahnya.

Penggunaan garpu untuk membantu makan sebenarnya sudah diperkenalkan dari Byzantium ke Yunani sekitar tahun 1100 M.

Penggunaannya menjadi pipuler pada akhir 1500-an, lantaran Ratu Elizabeth I, mulai membawa koper yang dilengkapi dengan pisau logam runcing kecil, sendok bundar bergagang lurus, dan garpu kecil dengan dua gagang panjang sebagai satu set alat makan.

Satu setengah abad kemudian, orang Inggris kaya dan pedagang Amerika mulai menggunakan garpu, sendok, dan pisau untuk makan.

Kebiasaan ini semakin populer dan dianggap menjadi bagian dari etika saat makan.

Perubahan bentuk sendok

Sampai akhir tahun 1600-an, ketika ayah Benjamin Franklin masih muda, orang Amerika dan Eropa hampir selalu menggunakan jari mereka saat makan. Sendok bundar hanya digunakan untuk makan semur atau sup.

Setelah penggunaan alat makan semakin populer, sekitar tahun 1730, bentuk cekungan pada sendok dibuat sangat bulat hampir menyerupai setengah telur, sementara ujung pegangannya datar seperti spatula.

Beberapa jenis sendok baru kemudian dibuat untuk berbagai kebutuhan yang berbeda.

Misalnya, sendok khusus untuk mentega, sendok mustard, sendok garam, sendok saus besar, sendok es krim, sendok teh dan kopi, sendok sup, dan sendok lainnya untuk keperluan makan.

Selain dari logam, seperti kuningan atau perak, sendok modern banyak yang menggunakan bahan stainless steel.

Belakangan, ada sendok yang lebih populer yakni sendok dari bahan plastik.

Perdebatan sendok plastik

Sendok plastik belakangan jadi perdebatan warganet di Twitter pada Senin (21/2/2022).

Berdasarkan data Get Day Trens, topik "Tanpa Sendok" menempati trending ke-6 di Indonesia dengan 11,2 ribu tweet.

Perbincangannya didominasi oleh dampak lingkungan dari penggunaan sendok plastik.

Menurut survei Greenpeace Indonesia pada 2021 bertajuk Bumi Tanpa Plastik menyebutkan, meskipun masyarakat sadar akan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh sampah plastik, tetapi ada beberapa hambatan yang menghalangi mereka untuk berhenti menggunakannya.

Selain aksesibilitas, kepraktisan, dan harga, salah satu masalahnya adalah kurangnya alternatif atau masalah ketersediaan.

Sebagian besar produk esensial seperti makanan dan minuman seperti mie instan, air mineral, jajanan, produk perawatan pribadi (sabun, sampo, make up) atau produk perawatan rumah tangga didominasi oleh plastik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan 30 Oktober - 8 November 2020 kepada sampel publik di kota besar, seperti Jakarta, Medan, dan Makassar, sebenarnya publik menunjukkan niat cukup besar untuk mengurangi dan mengganti penggunaan plastik sekali pakai.

Hanya saja, penanggulangan masalah sampah plastik ini tidak bisa diatasi dengan niat satu dua orang, atau kelompok tertentu saja.

Menurut survei terhadap 623 responden, lebih dari separuh responden memandang produsen atau distributor sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk mengurangi kemasan penggunaan plastik sekali pakai.

Sementara, 22 persennya mengatakan bahwa pemerintah juga menjadi pihak yang betanggung jawab dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/02/23/124700382/sejarah-sendok-dari-zaman-neolitikum-hingga-jadi-sampah-plastik

Terkini Lainnya

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[VIDEO] Manipulasi Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Tenzing Norgay, Sherpa Pertama yang Mencapai Puncak Everest

Sejarah dan Fakta
[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

[KLARIFIKASI] Pep Guardiola Enggan Bersalaman dengan Alan Smith, Bukan Perwakilan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seniman Suriah Bikin 'Patung Liberty' dari Reruntuhan Rumahnya

[HOAKS] Seniman Suriah Bikin "Patung Liberty" dari Reruntuhan Rumahnya

Hoaks atau Fakta
Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Video Ini Bukan Manipulasi Pemakaman Korban Serangan Israel di Gaza

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

[KLARIFIKASI] ICC Belum Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

Hoaks atau Fakta
Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Data dan Fakta
Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Data dan Fakta
[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke