Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Kembali Sejarah Kemunculan Istilah Post-truth...

KOMPAS.com - Istilah post-truth atau pasca-kebenaran digunakan secara luas untuk mendefinisikan cara masyarakat modern mengonsumsi dan menyikapi informasi.

Menurut kamus Oxford, post-truth adalah kata sifat yang didefinisikan sebagai "berkaitan dengan atau menunjukkan keadaan di mana fakta obyektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding daya tarik emosional dan kepercayaan pribadi".

Istilah post-truth dinobatkan oleh Oxford sebagai Word of The Year pada 2016, karena penggunaannya yang begitu masif selama pemilihan presiden di Amerika Serikat dan referendum untuk keluar dari Uni Eropa yang diadakan di Inggris.

Di era post-truth, kebenaran tidak lagi disepakati dan diterima secara umum karena masyarakat seringkali lebih memilih mengabaikan fakta-fakta obyektif.

Dengan kata lain, setiap orang memiliki versi kebenaran masing-masing dalam memandang sesuatu, yang dipengaruhi oleh aspek emosional dan keyakinan pribadi.

Bagaimana istilah post-truth muncul?

Dicetuskan oleh seorang dramawan

Menurut Oxford, istilah post-truth pertama kali digunakan dalam sebuah artikel yang ditulis dramawan Serbia-Amerika Steve Tesich.

Artikel tersebut dipublikasikan di majalah The Nation pada Januari 1992 dengan judul A Government of Lies.

Dalam artikel tersebut, Tesich mengungkapkan pandangannya mengenai serangkaian skandal pemerintahan Amerika Serikat yang pada akhirnya mendorong rakyat Amerika untuk memilih "berlindung" dari kebenaran.

Tesich memulai tulisannya dengan apa yang dia sebut "Sindrom Watergate", di mana semua fakta kotor yang diungkapkan oleh presiden Richard Nixon membuat orang Amerika  mengabaikan kebenaran yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Skandal Watergate menjadi penyebab tergulingnya Presiden Richard Nixon dari kekuasaan. Nixon terbukti berupaya memenangi pemilu dengan cara kotor.

"Mundur dari jabatan sebelum waktunya adalah hal yang paling memalukan. Namun, sebagai presiden, saya harus mendahulukan kepentingan Amerika," kata Nixon dalam pidato pengunduran dirinya, 8 Agustus 1974.

"Terungkapnya fakta bahwa Presiden Nixon dan anggota kabinetnya adalah sekelompok penjahat murahan benar-benar membuat bangsa ini muak dan jijik. Tapi kebenaran menang dan sekali lagi bangsa yang besar ini dengan bangga menepuk dadanya sendiri; terlepas dari kejahatan yang dilakukan di kantor tertinggi di tanah kami, sistem pemerintahan kami berhasil. Demokrasi menang," tulis Tesich.

"Tetapi setelah kemenangan itu, sesuatu yang sama sekali tidak terduga terjadi. Entah karena skandal Watergate begitu memilukan dan kemudian segera disusul perang di Vietnam, yang juga memiliki boroknya sendiri, atau karena Nixon begitu cepat dimaafkan, kami mulai menghindar dari kebenaran," lanjutnya.

Pada 9 Agustus 1974, Gerald Ford, secara resmi menjabat sebagai Presiden ke-38 Amerika Serikat menggantikan Nixon. 

Setelah diangkat menjadi presiden, Presiden Ford kemudian memaafkan semua kejahatan yang pernah dilakukan Nixon saat menjabat sebagai presiden.

"Kita mulai menyamakan kebenaran dengan berita buruk dan kita tidak menginginkan berita buruk lagi, tidak peduli seberapa benar atau vitalnya hal itu bagi kesehatan kita sebagai sebuah bangsa. Kita meminta pemerintah untuk melindungi diri kita dari kebenaran," tulis Tesich.

Masyarakat takut akan kebenaran

Dalam tulisannya, Tesich berpendapat bahwa skandal Iran/Contra di bawah pemerintahan Reagan semakin menguatkan kenyataan bahwa rakyat Amerika takut akan kebenaran.

Skandal Iran/Contra terjadi ketika Presiden AS Ronald Reagen diketahui menjual senjata kepada Iran tanpa persetujuan Senat.

Penjualan senjata tersebut dilakukan melalui barter dengan tawanan AS pada tahun 1980.

Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati mengatakan, skandal tersebut sangat memalukan bagi AS, karena tindakan tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang sendiri.

"Itu bagi AS kan ilegal, kan malu AS karena melanggar UU sendiri," ujar Mutiah.

Pada 4 Maret 1987, Reagan berpidato kepada rakyat AS dan meminta maaf atas perannya dalam skandal Iran/Contra.

"Beberapa bulan yang lalu saya mengatakan kepada rakyat Amerika bahwa saya tidak menukar senjata dengan sandera. Hati dan niat terbaik saya masih mengatakan itu benar, tetapi fakta dan bukti mengatakan itu tidak benar," kata Reagan.

"Seperti yang dilaporkan dewan Menara, apa yang dimulai sebagai pembukaan strategis ke Iran memburuk, dalam implementasinya, menjadi perdagangan senjata untuk sandera. Ini bertentangan dengan keyakinan saya sendiri, dengan kebijakan administrasi, dan dengan strategi awal yang kami pikirkan. Ada alasan mengapa itu terjadi, tetapi saya tidak berkelit. Itu adalah sebuah kesalahan," ujar dia.


Menurut Tesich, Reagan tidak perlu bersusah-payah menutupi kebenaran dari rakyat Amerika, karena mereka sedari awal sudah takut untuk mengetahuinya.

"Presiden Reagan memahami dengan baik bahwa publik benar-benar tidak ingin mengetahui kebenaran. Jadi dia berbohong kepada kita, tetapi dia tidak harus bekerja keras untuk itu. Dia merasa bahwa kita akan dengan senang hati menerima hilangnya ingatannya sebagai alibi," tulis Tesich.

Tesihc mengatakan, sandiwara Perang Teluk Pertama semakin mengukuhkan kenyataan itu, karena orang Amerika menerima bahwa sensor pers adalah "kejahatan yang perlu".

Masyarakat sepakat hal itu perlu dilakukan ketika pemerintah mengeklaim sensor pers adalah demi kepentingan nasional.

"Kita hanya akan melihat apa yang pemerintah ingin kita lihat, dan kita tidak melihat ada yang salah dengan itu," tulis Tesich.

"Kita menyukainya. Kita merasa bahwa pemerintah menjaga kita," ujarnya.

Dimulainya era post-truth

Tesich kemudian mengakhiri tulisannya itu dengan sebuah kesimpulan yang mengerikan. Kalimatnya tegas mengatakan yang selama ini tidak terkatakan.

Menurut dia: "Kita dengan cepat menjadi purwarupa dari masyarakat yang hanya bisa didambakan monster-monster totalitarian dalam mimpi mereka. Semua diktator hingga saat ini harus berupaya keras untuk menutupi kebenaran."

"Kita, dengan tindakan kita sendiri, menunjukkan bahwa hal itu tidak lagi diperlukan, bahwa kita telah meraih mekanisme spiritual yang dapat menolak kebenaran apapun itu. Dalam cara yang sangat mendasar kita, sebagai masyarakat merdeka, telah dengan sukarela memilih untuk hidup di dunia pasca-kebenaran."

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/09/060600682/melihat-kembali-sejarah-kemunculan-istilah-post-truth-

Terkini Lainnya

[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

[HOAKS] Foto Ular Raksasa di Carolina Selatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

[HOAKS] Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

[HOAKS] Presiden FIFA Minta Laga Indonesia Vs Guinea Diulang

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

[HOAKS] Undian Berhadiah 30 Motor dalam Rangka Ulang Tahun

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

[HOAKS] Video Wawancara Raffi Ahmad soal Situs Judi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Video Ustaz Solmed Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks FIFA Ulang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks FIFA Ulang Laga Indonesia Vs Uzbekistan, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Pria yang Kibarkan Bendera Palestina Bukan Raja Denmark

INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Pria yang Kibarkan Bendera Palestina Bukan Raja Denmark

Hoaks atau Fakta
Kompilasi Foto Hewan Menakjubkan yang Dibuat dengan AI Generatif...

Kompilasi Foto Hewan Menakjubkan yang Dibuat dengan AI Generatif...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Ular Piton Menelan Anak Kecil

[HOAKS] Video Ular Piton Menelan Anak Kecil

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

Hoaks atau Fakta
Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke