KOMPAS.com - Kemudahan teknologi memberikan manfaat bagi banyak orang. Namun ada beberapa orang yang justru memanfaatkannya dengan hal yang negatif seperti pornografi.
Selain itu, konten dewasa di media sosial bisa diakses oleh siapapun. Sehingga penting bagi orangtua untuk mengawasi anaknya agar tidak mengakses konten pornografi.
Dilansir dari laman Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), berikut ini merupakan ciri-ciri anak telah kecanduan pornografi :
Seseorang yang telah mengalami kecanduan pornografi akan sering terlihat gugup ketika diajak berkomunikasi dengan orang lain.
Baca juga: Larangan dalam UU Pornografi
Rasa gugup yang dialami, biasanya ditimbulkan karena merasa cemas dan takut rahasia pornografinya terbongkar.
Karena menyimpan rahasia tersebut, dia akan kesulitan bersosialisasi, baik dengan keluarga maupun teman-temannya. Dia juga lebih mudah marah dan tersinggung.
Apabila seseorang telah teradiksi pornografi, maka akan selalu mencari kesempatan untuk memenuhi hasratnya.
Biasanya orang yang kecanduan pornografi akan lebih suka menyendiri, terutama di kamar untuk melihat pornografi.
Di era sekarang, pornografi umumnya bisa diakses secara digital melalui gadget atau gawai.
Maka dari itu, seseorang yang kecanduan pornografi akan lebih terikat dengan gawainya. Dia juga akan merasa cemas apabila gawainya dipinjam oleh orang lain.
Tidak hanya gawai, dia juga kesulitan lepas dari buku, majalah atau media lainnya yang menyediakan materi pornografi.
Akibatnya, bisa menjadi pribadi yang malas, enggan belajar, dan tidak mau bergaul.
Apabila ciri-ciri kecanduan pornografi sudah terdeteksi, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang menanggulangi kecanduan pornografi. Di bawah ini terdapat beberapa cara yang bisa orangtua lakukan untuk mencegah anak kecanduan pornografi:
Seperti yang sudah disebutkan, saat ini konten pornografi lebih sering dijumpai di internet dan platform digital.
Orangtua perlu memberikan pemahaman kepada anak mengenai internet sehat dengan cara menjelaskan kepada anak, bahwa internet digunakan hanya untuk keperluan yang bermanfaat.