Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan 5 Negara Ini Melarang Perayaan Valentine, Bagaimana Indonesia?

Kompas.com - 13/02/2022, 16:24 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Hari Kasih Sayang alias Valentine biasa diperingati setiap tanggal 14 Februari setiap tahunnya.

Konon, sejarah Valentine bermula sebagai perayaan umat Kristiani untuk menghormati martir Kristen yang dikenal dengan nama Santo Valentine.

Namun, ada sejumlah cerita, kisah romantis, hingga kebiasaan terkait Hari Valentine lainnya muncul di berbagai belahan dunia.

Salah satu yang cukup populer adalah tradisi mengirim kartu Valentine di Inggris sejak tahun 1797.

Kemudian pada tahun 1868, perusahaan cokelat Inggris, Cadbury juga merilis paket cokelat berbentuk hati yang disebut "Fancy Box" untuk merayakan Hari Valentine.

Hingga saat ini, momen Valentine identik dengan kebiasaan mengirim cokelat, kartu ucapan hingga bunga kepada pasangan.

Meski berdampak secara ekonomi dan sosial di masyarakat, tak semua negara menerima kebiasaan tersebut untuk diperingati secara resmi.

Seperti apakah momen Valentine di negara-negara yang melarang Valentine tersebut? Apakah Indonesia termasuk?

Baca juga: Cara Kemas dan Simpan Hamper Cokelat Valentine, Tips dari Penjual

Dilansir dari Travel Awaits, berikut lima negara yang melarang perayaan Valentine karena ada perbedaan latar agama hingga budaya.

1. Iran

Iran termasuk negara Islam yang dipimpin banyak ulama. Pada 2011, pemerintah setempat resmi melarang produksi semua barang dan hadiah yang berkaitan dengan Hari Valentine.

Larangan ini muncul karena adanya keyakinan bahwa Valentine dianggap sebagai pengaruh budaya Barat.

Sebaliknya, di Iran ada tradisi kuno yang disebut Mehgran yang diperingati sebelum agama Islam masuk.

Mehr diartikan sebagai momen untuk merayakan persahabatan, cinta atau kasih sayang.

2. Uzbekistan

Awalnya Uzbekistan menoleransi perayaan Valentine, tapi sikap negara ini berubah sejak 2012.

Pemerintah Uzbekistan memandang pengaruh "Budaya Barat" bertentangan dengan latar belakang agama dan budaya yang berlaku di sana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com