KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan virus raksasa yang umurnya diperkirakan mencapai 1,5 miliar tahun di sumber air panas Bumi, Yellowstone, Amerika Serikat (AS).
Mikroba purba tersebut diyakini memegang kunci untuk memahami asal-usul kehidupan yang ada di Bumi.
Dikutip dari Science, istilah “raksasa” mengacu pada genom virus yang sangat besar, dibandingkan virus pada umumnya.
Kendati demikian, virus tersebut tidak menimbulkan risiko apa pun bagi manusia.
Sebaliknya, virus raksasa ini memberikan wawasan berharga tentang periode ketika organisme bersel tunggal mulai muncul di Bumi.
Dengan mempelajari virus purba, para peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah evolusi dan faktor lingkungan yang membentuk asal-usul kehidupan di planet ini.
Baca juga: Infeksi Virus B Mematikan Ditemukan di Hong Kong, Mungkinkah Menyerang Indonesia?
Mata air panas di Yellowstone disebut seperti fosil hidup. Sebab, di dalamnya berisi sisa-sisa masa ketika Bumi masih dalam kondisi yang lebih keras.
Kondisi ekstrem di lingkungan tersebut, dengan suhu sangat panas, tekanan tinggi, dan unsur beracun, seperti arsenik telah memungkinkan virus purba ini bertahan selama ribuan tahun, dilansir dari Earth.
Awalnya, para peneliti percaya bahwa virus tersebut tidak setua itu. Sebab, mata air panas merupakan fitur geologis yang relatif fana, muncul dan hilang seiring berjalannya waktu.
Teori yang berlaku adalah virus harus berevolusi kembali di setiap sumber air panas baru yang terbentuk. Namun, temuan baru ini telah membalikkan anggapan tersebut.
“Hubungan antara virus dan sumber air panas sudah ada sejak dahulu kala,” jelas peneliti di Universitas Rutgers, Dr Sumit Bhattacharya.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni Atlantis yang Hilang di Lepas Pantai Australia
Hal tersebut menunjukkan bahwa virus raksasa itu telah berkembang biak pada sumber air panas Yellowstone setidaknya selama organisme seluler masih ada.
Selain itu, para peneliti mengungkapkan, ada beberapa macam virus yang ditemukan di Yellowstone.
Beberapa di antaranya terdiri dari bakteri, sementara yang lain termasuk dalam archaea, organisme bersel tunggal yang tumbuh subur di lingkungan ekstrem.
Menurut Bhattacharya, keberagaman temuan di Yellowstone tersebut merupakan bukti keterkaitan kehidupan.